Bisnis.com, JAKARTA— Rencana relokasi pabrik Amerika Serikat dari China ke Indonesia yang digaungkan Presiden Donald Trump membawa angin segar ke sektor properti khususnya subsektor kawasan industri.
Belakangan, rencana relokasi tersebut menyusul makin bersitegangnya Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan pemerintah China sehingga berniat memindahkan pabrik AS di China ke Brebes, Jawa Tengah.
"Apabila relokasi ini bisa direalisasikan tentu saja akan menjadi promosi yang baik untuk iklim investasi di Indonesia," ujar Director Industrial & Logistics Services Colliers Internationals Indonesia Rivan Munansa pada Bisnis, Jumat (22/5/2020).
Berdasarkan catatan Bisnis, 27 relokasi pabrik itu rencananya akan ditampung di Kawasan Industri Brebes (KIB). Pemerintah Indonesia menyiapkan 4.000 hektare lahan untuk mengakomodasi rencana itu.
Rivan menyatakan bahwa rencana ini menjadi angin segar di sektor properti mengingat bisa memantik para investor asing lain untuk masuk ke Tanah Air sehingga bisa mengerek menyerap lahan kawasan industri.
Selain itu, investor akan semakin tertarik karena Indonesia dinilai bisa menjadi tempat yang bersahabat untuk investor asing .Namun demikian, rencana relokasi itu, kata dia, harus diiringi dengan persiapan yang matang.
Adapun Rivan menyatakan bahwa hal yang terpenting untuk dipersiapkan dalam rencana relokasi ini adalah kesiapan infrastruktur jalan, pelabuhan, hingga bandara, terlebih Indonesia mendapat pesaing dari Vietnam.
"Hal ini lantaran Brebes merupakan daerah yang masih baru untuk industri. Kemudian perlu tersedia juga bukan hanya tenaga kerja tetapi juga tenaga kerja yang memiliki keterampilan," katanya.
Sebelumnya, data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan bahwa realisasi investasi proyek di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran selama Januari—Maret 2020 tercatat turun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat bahwa realisasi penanaman modal asing (PMA) di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran pada kuartal I/2020 sebesar US$602,9 juta dengan 490 proyek.
Nilai tersebut turun jika dibandingkan dengan kuartal/2019 dengan nilai PMA di ketiga subsektor itu tercatat US$948,16 juta dengan 410 proyek.