Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu konsisten dalam mendukung pengembangan industri tekstil yang telah melakukan segenap upaya untuk memproduksi alat pelindung diri (APD) di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Sekretaris Jenderal Gabungan Alat Kesehatan Indonesia (Gakeslab) Randy H. Teguh menilai dalam pengembangan produksi APD, pabrikan dalam negeri sudah semakin baik. Banyaknya industri TPT yang beralih produksi terbukti cukup membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun, lagi-lagi persoalan dukungan pemerintah untuk produk dalam negeri masih tidak konsisten atau angin-anginan. Hal itu terbukti dengan masuknya impor APD seperti yang dikeluhkan industri TPT.
"Kami di alkes juga merasakan hal serupa 10 tahun ini sulit sekali cukup menderita karena impor yang bebas. Sekarang tinggal gini kalau memang boleh impor APD seharusnya ekspor juga sudah tidak dilarang seperti sekarang," katanya, Selasa (19/5/2020).
Menurut Rendy hal itu guna memberikan alternatif dari pembelian dalam negeri yang sudah dirasakan menurun.
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan pemerintah tengah membicaran rencana pembukaan keran ekspor tersebut.
Baca Juga
Menurutnya, industri farmasi dan alat kesehatan yang saat ini tergolong pada industri dengan permintaan tinggi akan diberikan perhatian utama.
"Di kabinet ini kami sedang bicarakan bagaimana untuk bisa ekspor produksi dalam negeri yang sudah mampu memenuhi karena negara lain sudah banyak yang minta," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Indonesia (IKATSI) Suharno Rusdi mengatakan meski penurunan penjualan APD belum terdata secara angka tetapi banyak produsen sudah mengeluhkan hal tersebut.
Bahkan keluhan ini tak hanya datang dari industri mennegah kecil tetapi juga dari produsen besar seperti Sritex.
"Tadinya kami euforia untuk mengembangkan kelangkaan APD ini tetapi sekarang malah menumpuk di gudang produknya. Dari UKM sampai industri mengeluh produknya tidak diserap pemerintah," katanya,
Rusdi mengemukakan minggu lalu industri memang dikesalkan dengan adanya impor 1 juta APD dari Korea Selatan. APD itu masuk satu paket dengan berbagai hasil belanja pemerintah untuk penanganan Covid-19 termasuk PCR yang total menghabiskan dana US$50 juta.
Menurut Rusdi, angka itu setara dengan Rp1 triliun yang jika difokuskan pada belanja APD dalam negeri akan cukup membantu industri tekstil dan produk tekstik (TPT) yang saat ini sedang susah.