Bisnis.com, JAKARTA – Saat menghadapi pandemi Covid-19, seluruh pengembang properti ketar-ketir karena Covid-19 merupakan peristiwa yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun, tetap ada pengembang yang masih mampu berdiri di tengah kondisi ini.
Pengembang Ciputra Group melalui anak usahanya Ciputra Residence masih tetap mencatatkan penjualan ketika banyak pengembang lain yang berguguran. Salah satu strateginya dengan memaksimalkan portofolio yang ada dan memasarkan secara daring.
Associate Marketing Director Ciputra Residence Yance Onggo mengatakan bahwa permintaan akan tetap ada meskipun di tengah kondisi krisis akibat pandemi, asalkan dananya sudah disiapkan. Pilihan memasarkan segmen hunian menengah bawah dinilai paling moncer di kondisi ini.
“Pasar itu ada tiga hal, yang beli karena butuh banget karena kepingin banget dan karena murah banget. Jadi, kalau produk portofolio yang kta sediakan memenuhi itu, permintaan akan ada terus,” ujarnya melalui konferensi video, Rabu (13/5/2020).
Namun, untuk kategori yang harga terlalu murah, kata Yance, belum sepenuhnya diterapkan. Beruntung, Ciputra Group memiliki cukup banyak portofolio sehingga bisa menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi tertentu.
“Ke depan tidak menutup kemungkinan yang murah banget ini bisa dilakukan karena penjualan menurun dan ada potensi batal. Kami harus mengisi supaya penjualan tetap ada, bisa diberikan diskon, cara bayar tertentu tapi mungkin untuk produk yang lama, yang ready stock,” katanya.
Baca Juga
Yance menyebutkan bahwa belajar dari pengalaman pada saat krisis 1998, yang akan pulih paling awal adalah dari produk menengah bawah, yang harganya di bawah Rp500 juta.
Proyek Citra Maja Raya mendapat porsi yang besar secara captive market karena harganya berada di kisaran Rp183 juta–Rp400 juta.
“Jadi, kalau dirata-rata peminatnya banyak di harga sekitar Rp250 juta, range harga ini cukup menarik,” ungkapnya.
Sementara itu, Ciputra juga tetap percaya diri memasarkan produk menengah atas di proyek Citra Garden Puri dengan harga paling murah Rp2,1 miliar sampai paling tinggi Rp4 miliar.
“Jadi, harga rata-rata yang diminati itu sekitar di Rp2,5 miliar. Ternyata ini bekerja juga menghasilkan penjualan, memang market-nya tidak sebesar yang menengah bawah, tapi masih berhasil dengan metode pemasaran online.”
Berikutnya, untuk mengantisipasi gagal bayar akibat krisis pandemi, Yance menuturkan bahwa perusahaan akan melihat konsumen secara kasus per kasus. Ciputra Residence yakin tidak semua konsumen terkena dampak.
“Kami antisipasinya fleksibel, jalin komunikasi yang baik dengan konsumen. Kami akan mendengar dan memahami dulu situasi yang dialami, nanti kita akan melakukan policy yang win-win untuk pengembang dan konsumen,” jelasnya.
Untuk memasarkan hunian secara daring, Yance juga mengatakan perlu persiapan matang dari pengembang, mulai dari kesiapan tim, sistem, dan produk.
“Tim kami siap dulu, sistemnya siap dulu, enggak boleh ribet, baru tinggal majukan proyek yang mau kita dorong. Namun, mengawali semuanya, kita harus siap dulu secara brand, harus punya reputasi karena ini kan belinya online, kalau enggak jelas orang enggak mau transaksi online,” ujarnya.
Penjualan secara daring pun sesuai dengan anjuran sejumlah konsultan properti di Indonesia.
Manager Research and Consultancy Coldwell Banker Commercial Angra Angreni merekomendasikan agar pengembang memaksimalkan pemasaran melalui platform digital yang ada.
“Meskipun orang tidak bisa ke luar rumah, pengembang tetap rutin berkomunikasi dengan konsumen, bisa lewat telepon, media sosial, bayarnya bisa dengan cara transfer dan sebagainya,” jelasnya.