Bisnis.com, JAKARTA – Investasi properti komersial di Asia Pasifik terkontraksi 26 persen pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan data JLL Asia Pasifik, volume transaksi real estat pada periode kuartal I/2020 berjumlah US$34 miliar.
Investasi properti komersial di Singapura, Hong Kong, dan China menjadi yang paling terpengaruh pada kuartal I/2020 dengan aktivitas yang mengalami penurunan sekitar 60 persen secara year-on-year (yoy). Namun, aktivitas investasi di Korea Selatan dan Jepang masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Di Singapura, volume investasi properti komersial turun hingga 69 persen yoy. Investor cenderung menunda dan menahan diri untuk mencurahkan uangnya pada aset investasi untuk menghindari risiko.
Aktivitas investasi yang terakhir tercatat termasuk akuisisi Alibaba sebesar 50 persen di AXA Tower Singapura senilai S$1,7 miliar. Transaksi tersebut merupaan salah satu kesepakatan dengan nilai terbesar yang dibuat Alibaba di luar China.
CEO Capital Markets JLL Asia Pacific Stuart Crow mengatakan bahwa penurunan volume transaksi investasi properti di Asia Pasifik selama kuartal I/2020 sangat bisa diperkirakan melihat adanya pandemi Covid-19.
Baca Juga
“Banyak investor yang menunda aktivitas karena lingkup perekonomian yang mengalami banyak ketidakpastian,” ungkapnya melalui laporan tertulis seperti dikutip Selasa (12/5/2020).
Kontraksi terbesar terjadi di sektor ritel dengan penurunan sebesar 39 persen secara yoy. Sementara itu, untuk aset properti paling kuat ada di sektor industri dan logistik yang aktivitas investasinya naik 9 persen secara yoy.
Selain itu, volume investasi untuk properti perkantoran turun 36 persen secara yoy meskipun ada banyak permintaan dari investor asing dan domestik. Namun, banyak juga aset perkantoran milik China, Jepang, dan Korea Selatan yang dilepaskan.
Kemudian, untuk transaksi hotel juga berkurang 22 persen secara yoy. Sektor ini mash mendapat dukungan dari beberapa investor yang melakukan finalisasi pada awal 2020 dari Jepang dan Korea Selatan.
Crow memperkirakan penurunan aktivitas investasi bakal berlanjut pada kuartal II/2020, tetapi volume jual beli bakal melambung pada semester II/2020.
“Masih banyak investor yang keuangannya sehat yang menantikan kesempatan untuk mengucurkan investasi. Kami memperkirakan kondisi di pasar yang terjadi saat ini akan menciptakan volume transaksi yang lebih kuat di seluruh sektor ke depannya,” imbuhnya.