Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyelamatan Industri Migas Jadi Prioritas

Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan bahwa tahun ini menjadi tahun terberat bagi kinerja sektor hulu migas dalam negeri.
Fasilitas produksi Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Minas, Riau. Dok: SKK Migas
Fasilitas produksi Blok Rokan yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia, Minas, Riau. Dok: SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Pada kondisi harga minyak yang tertekan dan penurunan permintaan akibat virus corona, penyelamatan industri hulu minyak dan gas bumi dinilai menjadi prioritas utama disamping kegiatan investasi.

Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan bahwa tahun ini menjadi tahun terberat bagi kinerja sektor hulu migas dalam negeri.
Pasalnya, tekanan yang datang tidak hanya dari rendahnya harga minyak melainkan pandemin Covid-19 yang memengaruhi permintaan minyak.

Dia menilai, fokus pemerintah adalah untuk memberikan solusi agar industri hulu migas dan industri penunjangnya tetap dapat bertahan dengan baik.
Kepastian untuk tidak terjadinya penutupan sumur atau lapangan, dan tidak terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi masalah serius yang perlu dipikirkan jalan keluarnya.

"Bisa mencapai keadaan seperti itu saja sudah bagus. Tidak usah terlalu jauh menjangkau pemikiran 1 juta barel tahun 2030 dulu," katanya kepada Bisnis, Senin (11/5/2020).

Lebih lanjut, dia berpendapat, untuk mewujudkan target lifting minyak 1 juta barel per hari memerlukan upaya dan usaha keras dari pemerintah.
Menurut dia, salah satu caranya adalah membuat prosi investasi untuk kegiatan eksplorasi dan pengembangan nya menjadi lebih besar dibandingkan dengan yang ada pada saat ini.

"Kalau dengan komposisi investasi yang sekarang, kita tidak akan bisa mencapai target 1 juta barel 2030 karena 70 persen investasi diarahkan untuk pemeliharaan produksi yang sebagian besar hanya mengandalkan produksi dari lapangan eksisting," jelasnya.

Dia menilai, untuk mendukung target produksi 1 juta barel per hari pada 2030 tersebut perlu eksplorasi dan pengembangan yang lebih massif.

Hal tersebut menandakan sektor migas dalam engeri akan memproduksi dari lapangan-lapangan migas baru yang muncul dari hasil penemuan eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan baru juga.

"Jadi bukan sekadar dari optimasi atau pemeliharaan produksi dari lapangan eksisting saja," ungkapnya.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) per Maret 2020, realisasi investasi di sektor migas telah mencapai US$2,87 miliar dari total US$13,8 miliar.

Adapun, perinciannya adalah sebesar 73 persen merupakan investasi untuk produksi, 8 persen untuk administrasi, 4 persen untuk eksplorasi dan 15 persen untuk development.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper