Bisnis.com, JAKARTA — Produsen dan distributor makanan olahan terintegrasi, PT Estika Tata Tiara Tbk. mencatat produk olahan sepanjang kuartal I/2020 ada kenaikan sekitar 20 persen.
Adapun sejumlah produk olahan perseroan yakni bakso, daging sapi portion cut, naget ayam, dan produk makanan lainnya.
Direktur Utama PT Estika Tata Tiara Tbk. Yustinus Sadmoko mengatakan produk olahan relatif stabil. Namun, untuk daging dan sapi serta sejumlah kategori yang menyasar anak sekolah dan pedagang sosis bakar tertentu memang turun.
Dia mencatat untuk produk olahan sepanjang kuartal I/2020 ada kenaikan sekitar 20 persen. Sementara itu, daging dan sapi secara volume masih cukup baik atau penurunan masih di bawah 10 persen.
"Namun, margin yang tergerus cukup dalam karena selisih kurs. Kuartal II/2020 kemungkinan baru kelihatan penurunannya," katanya kepada Bisnis, Rabu (6/5/2020).
Adapun produksi pabrikan perseroan dengan sandi saham BEEF ini sekitar 60 persen masih menggunakan bahan baku impor. Untuk daging sapi perseroan mengambil dari sejumlah negara, seperti Australia, India, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Baca Juga
Hanya saja, perseroan mengklaim bahan baku masih aman hingga enam bulan sejak Maret 2020. Meski demikian, ada gangguan importasi untuk bahan penunjang lain seperti bawang putih, bawang bombay, dan tepung kedelai.
Sisi lain, distributor daging untuk Pizza Hut dan Hokben ini mengaku kapasitas produksi juga masih terjaga. Per hari perseroan memproduksi sekitar 80 ton. Adapun untuk menjaga pendapatan, perseroan baru saja merilis produk daging yang dikemas menjadi paket siap masak.
"Ini produk baru kami jualnya daging saja, kami buat semaksimal mungkin masuk ke olahan. Daging dibuat jadi paket siap masak. Dipack per kilo atau setengah kilo, misalnya daging cincang," ujar Yustinus.
Sebelumnya, Estika Tata Tiara juga telah merevisi target pertumbuhan pendapatan 10 persen hingga 20 persen dari proyeksi awal. Proyeksi pertumbuhan dipangkas karena kekhawatiran impor bahan baku akibat virus corona berlanjut.
Yustinus mengatakan perseroan akan terus memantau perkembangan dalam memperkirakan target pendapatan hingga akhir 2020. Dia menyebut, beberapa asumsi dasar bisa berubah seiring penyebaran wabah virus corona.
“Kalau target 2020 kita review lagi, target awalnya sekitar Rp1,7 triliun untuk top line. Nanti kita akan review lagi setelah ada perubahan yang cukup besar lagi di pasar,” katanya.