Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menilai kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 relatif baik, meskipun melambat hingga 200 basis poin (bps), menjadi 2,97 persen dibandingkan dengan capaian akhir tahun lalu. Pasalnya, banyak negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga terkoreksi negatif di tengah pandemi virus Corona (Covid-19).
“China, turun dari plus 6 persen menjadi minus 6,8 persen. Artinya ini year on year deltanya 12,8 persen. Prancis deltanya 6,25 persen minus. Hong kong deltanya 5,90 persen, spanyol 5,88 persen dan italia 4,95 persen tumbuh negatif,” kata Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas membahas rencana pagu indikatif RAPBN tahun anggaran 2021 melalui konferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (6/5/2020).
Sebelumnya, hal serupa juga disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto. Dia menilai pertumbuahan ekonomi triwulan pertama tahun ini masih cukup baik dan sesuai perkiraaan.
"Seperti yang diprediksi, memang pertumbuhan turun akibat Covid-19 itu dari segi demand terjadi demand shock. Apalagi di kuartal kedua ini pemerintah menerapkan PSBB untuk memotong penyebaran dari Covid-19," katanya.
Airlangga menegaskan bahwa nominal pertumbuhan ekonomi 2020 masih akan sesuai dengan proyeksi pemerintah dimana pada tahun ini secara fullyear akan tumbuh 2,3 persen secara tahunan.
"Penurunan di kuartal pertama ini senada dengan apa yang terjadi di 213 negara di global dan kita masih dalam posisi positif," kata Airlangga.
Seperti diketahui, pandemi virus Corona telah menjadi permalahan hampir seluruh negara di dunia. China yang menjadi episentrum awal mencatat kasus pertama pada 17 November 2019. Selanjutnya negara tersebut melakukan lockdown di Wuhan yang dianggap seanggap pusat penyebaran awal.
Sementara itu, Indonesia mencatat pasien pertama Covid-19 pada 2 Maret 2020 atau menjelang akhir kuartal pertama. Selanjutnya penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta, episentrum Covid-19 di Tanah Air, resmi berlaku 10 April 2020.