Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2,1 Juta Karyawan Industri Furnitur Sebentar Lagi Dirumahkan

Mayoritas pelaku industri kecil dan menengah sektor furnitur telah meliburkan pabrik sejak medio Maret 2020.
Presiden Joko Widodo (tengah) meninjau pameran International Furniture Expo (IFEX) 2019 di Jakarta, Rabu (13/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (tengah) meninjau pameran International Furniture Expo (IFEX) 2019 di Jakarta, Rabu (13/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan menyatakan bahwa seluruh tenaga kerja industri furnitur akan dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja dalam waktu dekat.

Wakil Ketua Umum Bidang Industri Kecil dan Menengah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) Regina Kindangen mengatakan bahwa mayoritas pelaku industri kecil dan menengah (IKM) furnitur telah meliburkan pabrik sejak medio Maret 2020 lantaran tidak ada pesanan yang masuk. Pabrikan furnitur berskala IKM mendominasi pabrikan furnitur nasional hingga 80 persen.

"Kami posisinya belum ada pesanan tambahan dan saat ini sudah awal Mei. Ini sudah sangat mungkin [akan ada pemutusan hubungan kerja/PHK besar-besaran]. Pendataan tenaga kerja yang di-PHK pada Maret itu masih terlalu awal. Gelombang-gelombang [PHK] yang akan datang masih ada," katanya kepada Bisnis, Minggu (3/5/2020).

Himki mencatat jumlah tenaga kerja pada industri furnitur nasional mencapai 2,1 juta orang. Pabrikan IKM atau dengan omzet di bawah US$1 juta per tahun mendominasi 80 persen dari total pelaku industri furnitur.

Asosiasi mencatat sekitar 120.000 tenaga kerja telah dirumahkan pada akhir kuartal I/2002 lantaran tidak ada pesanan dari pasar global. Regina meramalkan seluruh tenaga kerja pada industri furnitur akan dirumahkan atau mengalami PHK dalam waktu dekat.

Regina menyarankan agar pemerintah melalui badan usaha milik negara, kementerian, maupun lembaga mengalihkan pembelian furnitur, kerajinan, maupun peralatan perkantoran pada pabrikan furnitur domestik.

"Saya rasa [industri furnitur nasional] tidak akan bertahan lama kalau tidak ada bantuan yang sangat riil, bantuan yang mengarah pada produktivitas," ucapnya.

Regina mengapresiasi upaya pemerintah yang telah memberi insentif kepada pelaku industri di bidang pajak, sektor perbankan, dan tarif energi. Namun, ujarnya, yang diperlukan pabrikan furnitur saat ini adalah pesanan furnitur agar dapat menjaga serapan tenaga kerja.

Selain itu, Regina meminta agar pemeirntah menghentikan impor furnitur. Pasalnya, nila impor furnitur per tahunnya berada di kisaran US$800 juta.

Menurutnya, pengalihan nilai impor tersebut ke pabrikan dalam negeri dapat menyelamatkan industri furnitur nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper