Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Daerah Potensial untuk Desa Wisata Ikan Hiu Paus

Pemerintah tengah merancang atraksi hiu paus sebagai bagian dari pengembangan desa wisata (dewi) bahari di sejumlah kawasan, menyusul sukses masyarakat nelayan di Botubarani, Gorontalo.
Sejumlah wisatawan berenang bersama seekor Hiu Paus di perairan Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Minggu (21/4/2019). Pengamat mencatat bahwa puncak musim kedatangan kelompok Hiu Paus ke perairan tersebut yaitu pada bulan Mei dan Juni. ANTARA FOTO/Dian Bawenti/Aws/
Sejumlah wisatawan berenang bersama seekor Hiu Paus di perairan Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Minggu (21/4/2019). Pengamat mencatat bahwa puncak musim kedatangan kelompok Hiu Paus ke perairan tersebut yaitu pada bulan Mei dan Juni. ANTARA FOTO/Dian Bawenti/Aws/

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah tengah merancang atraksi hiu paus sebagai bagian dari pengembangan desa wisata (dewi) bahari di sejumlah kawasan, menyusul sukses masyarakat nelayan di Botubarani, Gorontalo.

Miftahul Huda, Direktur Jasa Kelautan Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan, menegaskan hiu paus (Rhincodon typus) akan menjadi bagian dari pengembangan dewi bahari dengan tetap menjaga keberlangsungan biota tersebut.

“Kami berharap dengan pengembangan dewi bahari dengan ekosistem yang ada, biota yang ada, berkembang juga nilai tambah ekonomi masyarakat,” jelas Huda dalam Diskusi Sore Wisata Hiu Paus yang diselenggarakan secara telekonferensi, pada Senin (27/4/2020).

Huda menjelaskan jikalau hiu paus menjadi bagian dari pengembangan dewi bahari, proses perencanaannya berbasis komunitas. Tahapan pengembangannya terdiri dari perencanaan berbasis komunitas, pembinaan, pembangunan infrastruktur, pengembangan ekonomi, dan monitoring evaluasi. Konsep dewi bahari, tidak hanya mengangkat hiu pausnya, tetapi juga akan mengembangkan desanya, sehingga tumbuh aktivitas ekonomi yang lain.

“Jangan sampai keberadaan hiu paus hanya dinikmati sebagian orang atau pelaku wisata tetapi masyarakat desa tertinggalkan. Dengan konsep itu kita ingin melihat partisipasi desa dari sisi ekonomi dan dari sisi upaya pelestarian biota yang ada di sana,” pungkasnya.

Perairan Indonesia merupakan habitat hiu paus, hal ini terbukti dengan seringnya jenis biota ini ditemui di beberapa wilayah perairan Indonesia seperti perairan Sabang, Situbondo, Botubarani – Bonebolango, Talisayan – Berau, Pantai Bentar – Probolinggo, Laut Sawu – NTT, Teluk Saleh – NTB, Kaimana, dan Teluk Cenderawasih – Papua.

Di beberapa lokasi, kemunculannya telah dijadikan sebagai atraksi wisata bahari. Kegiatan wisata bahari yang dilakukan di lokasi kemunculan hiu paus meliputi aktivitas pengamatan melalui perahu, aktivitas snorkeling dan menyelam.

Daftar Daerah Potensial untuk Desa Wisata Ikan Hiu Paus

Dimulai Sejak 2015

Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar Andry Sukmoputro menyampaikan di Botubarani, Gorontalo, pengembangan wisata hiu paus telah dimulai sejak 2015. Hiu paus menarik karena dikenal jinak sehingga menjadi daya tarik sebagai biota wisata walaupun secara faktual, ini merupakan biota yang dilindungi secara penuh.

“Mengenai rencana pengembangan wisata hiu paus di Botubarani, kami sudah melakukan beberapa kajian termasuk potensi dan masalahnya, juga model penataan zonasi yang akan diterapkan, kemudian bagaimana cara berinteraksi dengan hiu paus dan model pengembangannya. Kita juga sudah buatkan dalam bentuk roadmap,” jelas Andry.

Andri mengungkapkan masyarakat nelayan di Botubarani mendapat pemasukan dari menyewakan perahu untuk melihat hiu paus. Satu paket sewa kapal dan makanan (kepala udang) hiu paus dikenakan biaya Rp80.000. Pada 2016, tercatat 32.000 wisatawan yang menyewa perahu, pada 2017 terdapat 13.000 wisatawan, pada 2018 tercatat 18.000 wisatawan, dan 2019 terdapat 12.465 wisatawan.

“Ini merupakan potensi besar untuk dikembangkan. Sekarang tinggal bagaimana mengelolanya, biaya masuknya berapa. Sewa satu paket alat selam dikenakan biaya Rp500.000. Bisa dibayangkan jika 30% wisatawan datang menyewa maka bisa mencapai Rp500 juta hingga Rp1 miliar ekonomi yang bisa bergerak di sana,” tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper