Bisnis.com, JAKARTA - Industri pelayaran nasional telah mengalami krisis akibat pandemi Covid-19 beserta langkah-langkah tindakan pencegahan dan penanggulangannya seperti industri transportasi di moda lainnya. Pendapatan pelayaran nasional mengalami kemerosotan tajam.
Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan dampak dari pandemi Covid-19 ini merata dirasakan pada hampir seluruh jenis sektor pelayaran. Misalnya saja, pendapatan angkutan penumpang/ro-ro merosot 75-100 persen.
"Kondisi yang sama terjadi pada sektor kontainer yang turun 10-25 persen, curah kering, liquid tanker, tug and barges, yang juga mengalami penurunan pendapatan 25-50 persen," jelasnya, Rabu (29/4/2020).
Dia menyebut merosotnya harga minyak dunia yang menyentuh US$17,5 per barel, telah telah berdampak buruk terhadap industri minyak dan gas bumi. Kegiatan perusahaan migas mulai dari hulu sampai hilir melakukan evaluasi dan meninjau ulang kegiatan operasinya, termasuk melakukan effisiensi usaha misalnya, mengurangi produksi bahkan stop operasi.
Hal ini tentu, terangnya, berdampak pada pelaku usaha pelayaran supporting disektor migas, seperti penurunan sewa atau renegosiasi kontrak 30-40 persen, bahkan terminasi awal (early termination).
Adapun, beban biaya naik signifikan akibat jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Pembiayaan leasing, asuransi, dan pembelian suku cadang kapal dalam bentuk mata uang dolar, sementara pendapatan perusahaan dalam nilai rupiah. Dengan demikian, pelayaran mengalami kerugian valuta.
Baca Juga
Badai masih berlanjut, akibat pandemi ini sebagian besar pelanggan menunda pembayaran, sehingga cash flow pelayaran mengalami defisit. Pelayaran berada di situasi yang sangat terjepit, dan sangat membutuhkan stimulus yang tepat dan cepat dari pemerintah dan seluruh stakeholder.