Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, PT Pertamina EP telah mengantongi laba senilai US$169 juta.
Raihan tersebut meningkat tipis sekitar 1 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$167 juta.
Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan bahwa torehan laba tersebut ditopang oleh pendapatan senilai US$640 juta, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$693 juta.
Terkoreksinya pendapatan tahun ini, kata Nanang, disebabkan oleh turunnya rata-rata harga minyak dan gas pada kuartal I/2020.
Harga minyak tercatat anjlok dibandingkan dengan rata-rata harga minyak periode yang sama 2019 yang masih di atas kisaran US$60 per barel.
"Rata-rata harga minyak pada kuartal I tahun ini sebesar US$50,66 per barel dan gas sebesar US$6,01 per MMBTU,” katanya dalam keterangan resminya, Rabu (29/4/2020).
Baca Juga
Dengan merosotnya harga minyak dunia, Pertamina EP menyiapkan sejumlah skenarko agar profit tetap terjaga tahun ini. Nanang mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan skenario terkait dengan fluktuasi ICP cenderung rendah.
Dengan kondisi itu, pihaknya menyiapkan skenario untuk merevisi penurunan capital expenditure (capex) sebesar 30 persen, operating expenditure (opex) sebesar 20 persen.
“Masih kami review, karena sekali lagi, sangat tergantung dinamika harga minyak,” ungkapnya.
Selain itu, Nanang menambahkan, pada saat ini pihaknya harus menemui masalah lainnya, yakni sejumlah curtailment dari sejumlah pelanggan.
Menurutnya, hingga saat ini beberapa konsumen gas Pertamina EP sudah ada yang meminta untuk menurunkan pasokannya,
“[Penurunan] variasi ada yang 10 persen sampai dengan 30 persen,” jelasnya.