Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arus Kas Seret, Pengusaha Farmasi Minta 2 Persen dari Dana Kesehatan

Industri farmasi terkendala arus kas yang membuat sejumlah produsen harus mencari investor baru dan saat ini ada tunggakan JKN sekitar Rp4 triliun hingga Rp4,5 triliun.
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Pekerja farmasi beraktivitas memproduksi obat di pabrik Pfizer Indonesia, Jakarta Timur, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA — Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) meminta 2 persen dari anggaran penanganan virus corona (Covid-19), khususnya bidang kesehatan yang senilai Rp75 triliun, untuk disalurkan pada produksi obat.

Secara total pemerintah saat ini menambah anggaran belanja dan pembiayaan APBN 2020 untuk penanganan virus corona senilai Rp405,1 triliun.

Perincian dari total tambahan anggaran tersebut adalah senilai Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk jaring pengaman sosial (social safety net), Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR, serta Rp150 triliun dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Tambahan Anggaran untuk Penanganan Virus Corona (dalam Rp Triliun)

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Dorojatun Sanusi mengatakan seandainya 2 persen saja bisa disalurkan ke industri farmasi tentu akan sangat membantu industri dalam rangka penyediaan obat.

"Kami lihat ada pengumuman dana untuk kesehatan dalam rangka tangani Covid-19, maka kami mohon sambil berandai-andai bisa mendapat dua persen saja dari pemerintah untuk bantu kehidupan farmasi, sehingga kami bisa sediakan obat dengan cara yang wajar," katanya, Senin (27/4/2020).

Dorojatun mengemukakan saat ini industri farmasi berkomitmen menyediakan chloroquin sekitar 3 juta hingga 5 juta untuk didistribusikan di seluruh rumah sakit, di samping penyediaan obat JKN dan berbagai multivitamin yang dibutuhkan masyarakat.

Namun, lagi-lagi industri ini terkendala arus kas yang bahkan membuat sejumlah produsen kini harus mencari investor baru. Dari JKN, hingga saat ini ada tunggakan sekitar Rp4 triliun hingga Rp4,5 triliun yang belum dibayarkan.

Sisi lain, Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Tirto Kusnadi mengatakan saat ini bahan baku obat (BBO) sudah naik 30 persen. Belum lagi biaya angkut juga telah melunjak 3-5 kali lipat dari kondisi normal.

"Ongkos angkut naik tidak ketulungan karena penerbangan sudah banyak yang dilarang tentu akan menjadikan harga obat naik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper