Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan tren pasca pandemi Covid-19 diperkirakan akan kondusif dan membawa dampak positif bagi sektor pariwisata termasuk di Indonesia, sehingga harus dipersiapkan sedari dini.
Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (25/4/2020) mengatakan pihaknya terus mempersiapkan perubahan tren baru berwisata usai pandemi.
“Kami akan menyiapkan destinasi sesuai dengan kondisi new normal. Destinasi itu disiapkan dengan mengedepankan prinsip sustainable tourism termasuk di dalamnya soal kesehatan dan keamanan,” katanya.
Giri Adnyani juga menjelaskan pemerintah membagi tiga tahapan dalam penanganan Covid-19 yakni masa tanggap darurat, pemulihan, dan normalisasi.
Pemerintah juga telah merealokasi anggaran dan menerapkan program khusus selama masa tanggap darurat Covid-19.
“Realokasi akan diarahkan untuk berbagai macam program yang sifatnya pendukung masa tanggap darurat untuk membantu sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Di forum ini juga kami meminta untuk bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam menghadapi situasi saat ini," katanya.
Baca Juga
Giri juga berbicara dalam diskusi virtual dengan tema Industry Roundtable Tourism and Hospitality Industry Perspective, pada Jumat (24/4/2020).
Berbicara pula sebagai narasumber Founder & Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, serta Ketua GIPI Bali Ida Bagus Okanentru Agung Partha.
Hemawan mengatakan sektor pariwisata adalah sektor paling terdampak pandemi dan memiliki imbas kepada sektor lain.
"Sekarang semua sadar ketika pariwisata setop, ekonomi juga setop. Semua baru sadar bahwa pariwisata adalah tulang punggung ekonomi. Covid-19 ini menarik, karena pariwisata tak akan pernah sama lagi,” katanya.
Ia juga menilai, walau diterpa COVID-19, Bali menjadi contoh bagus dalam mengombinasikan konsep God, people, nature atau Tri Hita Karana dalam sektor pariwisata.
Ia memprediksi bahwa setelah COVID-19 akan semakin banyak wisatawan yang menuntut pariwisata tidak hanya dari segi harga, tetapi juga keberlangsungan lingkungan di destinasi tujuan.
Mereka menginginkan destinasi berkualitas dengan alam dan keamanan lebih baik, sistem mitigasi, di mana bisa terjadi dengan menggabungkan ketiga unsur tersebut.
"Kalau bicara bertahan atau surviving itu sudah pasti. Sekarang tinggal bicara preparing atau mempersiapkan ketika wisatawan kembali setelah Covid-19. Bali jadi contoh dan punya ketahanan. Nusa Tenggara Barat juga sekarang sedang preparing karena melihat potensi di masa depan. Seperti yang sudah saya katakan, daerah-daerah tersebut sadar bahwa pariwisata adalah penggerak ekonomi," kata Hermawan.