Bisnis.com, JAKARTA – Peralihan penjualan ke model daring menjadi salah satu solusi bagi para peritel modern di tengah disrupsi ekonomi digital dan juga pandemi corona.
Namun, pada praktiknya, strategi itu belum terlalu signifikan mendongkrak penjualan para peritel modern. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey.
Dia mengatakan kendati sejumlah peritel saat ini memiliki toko daring, namun penjualan dari jalur tersebut hanya menyumbang atau berkontribusi pada pendapatan perusahaan sekitar 15 persen dari total pendapatan.
“Bagi peritel yang sebelumnya mengandalkan penjualan secara fisik. pendapatan dari online store belum mampu secara signifikan menggantikan penjualan secara offline,” ujarnya, Rabu (22/4/2020).
Alhasil, menurutnya saat ini para peritel sedang mengalami tekanan yang cukup besar akibat adanya wabah corona. Peritel di luar toko kelontong, pasar swalayan dan toserba, hamper semuanya mengalami tekanan yang cukup besar.
Untuk itu dia meminta adanya relaksasi seperti keringanan pembayaran pajak serta stimulus fiskal untuk perdagangan besar dan perdagangan eceran dari pemerintah.
Baca Juga
Di sisi lain, akibat adanya wabah corona, membuat ekspansi dari peritel modern terhambat pada tahun ini. Dia memperkirakan, pada tahun ini realisasi ekspansi dari pengusaha ritel hanya mencapai 10 hingga 20 persen dari target yag ditentukan.