Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian produksi minyak dan gas bumi (migas) dari 923.000 barrel oil equivalent per day (boepd) menjadi 894.000 boepd akibat anjloknya harga minyak dunia.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan penyesuaian dilakukan karena bisnis Pertamina terintegrasi dari hulu ke hilir. Pihaknya telah menerapkan skala prioritas, dari sisi mana saja pengeluaran dapat dipangkas dari sisi produksi migas.
"Kalau dilihat Pertamina sendiri produksi eksisting well ini yang paling dominan hampir 90 persen dari eksisting, 10 persen dari new drilling. Oleh karena itu, kami tidak bisa menyetop produksi sumur yang sudah di eksplorasi karena menutup sumur ada biayanya nanti reaktiviasi ada biaya," katanya dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (21/4/2020).
Sebagai dampak penyesuaian bisnis hulu Pertamina, pihaknya juga memangkas biaya eksplorasi yang sedang berjalan maupun yang baru dimulai.
Adapun terkait pemangkasan produksi hulu dari 923.000 boepd menjadi 894.000 boepd, Pertamina memangkas produksi minyak sebesar 2 persen menjadi 421 barrel oil per day (bopd), sementara produksi gas turun 4 persen menjadi 2.741 mmscfd.
Adapun untuk produksi geothermal, Pertamina juga melakukan penyesuaian seiring dengan efisiensi yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam rencana kerja 2020, ditetapkan target produksi sebesar 4.635 giga watt per hour (Gwh), menjadi 4.045 Gwh.
"Karena industrinya setop, yang berjalan industri rumah tangga saja yang penggunaan listriknya stabil. Oleh karena itu meskipun sumur geothermal tidak kita tutup, jadi terbuang saja [energi itu] dan tidak teroptimalkan menjadi listrik karena disesuaikan kebutuhan PLN," tambahnya.