Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ventilator Bisa Diproduksi Anak Bangsa, Kenapa Selama Ini Impor?

Kondisi itu dinilai menunjukkan bahwa saat ini perdagangan alat kesehatan dikuasai mafia yang bahkan berskala global.
Sebuah ventilator ditempatkan di samping seorang pasien di ICU RS Sant Pau di Barcelona, Spanyol, Kamis (2/4/2020)./Bloomberg-Angel Garcian
Sebuah ventilator ditempatkan di samping seorang pasien di ICU RS Sant Pau di Barcelona, Spanyol, Kamis (2/4/2020)./Bloomberg-Angel Garcian

Bisnis.com, JAKARTA - Impor produk ventilator terus terjadi, kendati produk tersebut mampu diciptakan di dalam negeri. Kondisi itu dinilai menunjukkan bahwa saat ini perdagangan alat kesehatan dikuasai mafia.

Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Arya Sinulingga mengatakan bahwa praktik mafia alat kesehatan sekarang sudah terjadi pada level dunia. Salah satu praktiknya adalah pada perdagangan ventilator.

Arya mengatakan, di masa pandemi global corona ini, stok ventilator menjadi kebutuhan yang diburu semua negara. Akibatnya, terjadi kekurangan pasokan, termasuk di Indonesia. Walhasil, ketika pemerintah berhasil mendapatkan pasokan pun harganya sudah melambung tinggi.

"Jadi ini sudah mafia dunia, bukan lagi lokal dan ini di dunia sudah terjadi," ujar Arya Sinulingga dalam diskusi daring, Minggu (19/4/2020), 19 April 2020. Karena itu, ia mengatakan saat ini praktik mafia itu bukan hanya terjadi di dalam negeri namun juga di luar negeri.

Anggapan ini pun diperkuat Arya dengan fakta bahwa ternyata sejumlah pihak, seperti Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, maupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ternyata bisa merancang ventilator dalam waktu kurang lebih satu bulan. 

Karena itu, ia mempertanyakan kenapa selama ini Indonesia masih mengutamakan impor. "Berarti ada trader. Pak Erick (Menteri BUMN Erick Thohir) pikir pasti ada yang memaksa ingin trading terus," ujar Arya.

Selama ini, Arya mengatakan, Indonesia masih banyak melakukan impor pada bidang kesehatan. Misalnya saja alat kesehatan, bahan baku obat, hingga obat yang impornya bisa mencapai 90 persen. Karena itu, Kementerian BUMN saat ini sudah membuat subholding farmasi dengan harapan bisa menekan persentase impor itu hingga di bawah 50 persen.

Ketergantungan kepada barang impor pun, tutur dia, kemudian menguji Indonesia di masa pandemi corona ini. Ketika permintaan tinggi, Indonesia kebingungan untuk memenuhi kebutuhannya, baik di alat kesehatan, bahan baku obat, maupun di obat. Bahkan, saat ini Tanah Air harus beradu dengan negara lain untuk mencari bahan baku.

Paling anyar, Arya mengisahkan saat Indonesia kekurangan bahan baku untuk membuat obat Tamiflu. Akhirnya pemerintah mencari ke berbagai negara untuk mendapatkan bahan baku itu. Ketika dapat di India dan akan mengimpor ke Indonesia, ia pun mengupayakan agar pembelian bahan baku itu jangan dulu diketahui negara lain.

"Kalau diberitakan dan menyebar takutnya nanti dipotong di tengah jalan. Ini kejadian saat negara di Eropa protes karena masker dibeli di tengah jalan dengan harga yang lebih mahal," tutur Arya. "Ini pun kami beli hanya 150 kilogram ke India, bayangkan, bahan baku pun kita bertempur seperti ini."

Sebelumnya, Erick Thohir menyinggung adanya mafia dalam impor alat kesehatan. Mafia itu, kata dia, ada karena impor alat kesehatan ke Indonesia masih sangat besar mencapai 90 persen.

"Jangan semua ujung-ujungnya duit terus, dagang terus, akhirnya kita terjebak short term policy. (Impor alat kesehatan) Didominasi mafia, trader-trader itu, kita harus lawan dan ini Pak Jokowi punya keberpihakan itu," kata Erick lewat akun Instagramnya, Kamis, 16 April 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper