Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Federal Reserve Amerika Serikat mengatakan pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda seluruh negeri menyebabkan ekonomi AS berkontraksi tajam.
“Aktivitas ekonomi berkontraksi secara tajam dan tiba-tiba di seluruh wilayah di Amerika Serikat sebagai akibat pandemi Covid-19,” papar The Fed dalam survei Beige Book yang dirilis Rabu (15/4/2020) waktu setempat di Washington.
Laporan ini didasarkan pada informasi anekdotal yang dihimpun oleh 12 cabang regional The Fed hingga 6 April 2020.
“Semua distrik melaporkan outlook yang sangat tidak pasti di antara kontak bisnis, sebagian besar memperkirakan kondisi akan memburuk dalam beberapa bulan ke depan,” lanjutnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Perusahaan-perusahaan di penjuru negeri tutup pada Maret setelah para pejabat di sebagian besar negara bagian memerintahkan warga mereka untuk tinggal di dalam rumah masing-masing (stay at home) demi membendung penyebaran virus corona.
“Tidak ada sektor yang terhindar,” tulis otoritas Fed Philadelphia dalam laporan tersebut.
Baca Juga
Industri-industri yang paling terpukul adalah yang berkaitan dengan travel, hotel, dan ritel di luar pembelian barang-barang esensial. Meski banyak produsen makanan dan produk medis menyebutkan adanya permintaan yang kuat, mereka mengakui kesulitan dalam hal produksi dan rantai pasokan.
Selain itu, semua distrik melaporkan penurunan pekerjaan. Langkah isolasi yang drastis telah menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan serta mendorong estimasi kontraksi ekonomi kuartal II/2020 sebesar 25 persen secara tahunan. Tak satu pun distrik yang melaporkan tekanan kenaikan upah.
“Kontak di sejumlah distrik mencatat mereka memangkas lapangan kerja melalui PHK sementara dan cuti yang mereka harap akan berbalik begitu aktivitas bisnis dilanjutkan. Prospek jangka pendek akan ada lebih banyak pengurangan pekerjaan dalam beberapa bulan mendatang,” tulis The Fed.
Sebagai respons atas perlambatan ekonomi, The Fed telah melancarkan serangkaian perangkat kebijakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kebijakan ini dirancang untuk mendukung rumah tangga dan bisnis serta untuk memastikan aliran kredit.
Otoritas moneter AS tersebut pun memangkas suku bunga ke kisaran 0 persen bulan lalu, meningkatkan pembelian aset secara dramatis, dan mengumumkan program darurat untuk mendukung pinjaman sebesar US$2,3 triliun. Komite pembuat kebijakan The Fed dijadwalkan akan mengadakan pertemuan berikutnya pada 28-29 April.
Sebagai dampak parah dari corona, penjualan ritel mengalami rekor penurunan terbesar. Data Departemen Perdagangan AS yang dirilis pada Rabu (15/4) menunjukkan nilai penjualan ritel melorot 8,7 persen pada Maret 2020 dari bulan sebelumnya, rekor penurunan terbesar yang tercatat sejak tahun 1992.
Sementara itu, manufaktur di negara bagian New York menyusut pada bulan April dengan laju tercepat dalam sejarah karena dampak corona terhadap penurunan permintaan.
Di sisi lain, industri manufaktur, yang melaporkan penurunan di sebagian besar wilayah The Fed, mengalami beragam dampak. Fed wilayah San Francisco dan Chicago melaporkan penurunan moderat di bidang manufaktur, sementara Kansas City melaporkan kontraksi tajam.
Sebaliknya, di distrik Boston, 10 dari 11 perusahaan manufaktur yang dihubungi Fed Boston justru melaporkan penjualan yang lebih tinggi dalam banyak kasus karena pandemi.
Meski sebagian besar industri mobil ditutup, produsen membran yang digunakan dalam masker N-95 mengatakan mulai memproduksi lebih banyak untuk pasar medis karena bisnisnya dengan industri otomotif mengering.
Tetap saja, masa depan yang tidak pasti mendorong banyak produsen di AS untuk membatasi rencana pengeluaran di masa depan.
“Perusahaan-perusahaan umumnya telah memangkas rencana belanja modal, dengan potensi implikasi bagi beberapa produsen barang tahan lama,” lapor Fed New York.