Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi kenaikan ekspor-impor produk-produk asal China pada Maret 2020.
Kepala BPS RI Suhariyanto mengatakan total ekspor nonmigas Indonesia ke China pada Maret 2020 mencapai US$1,98 miliar. Sementara itu, impor non-migas berkisar US$2,9 miliar.
"Impor produk asal China naik US$1 miliar pada Maret 2020. Kita lihat recovery China sangat cepat setelah wabah virus Corona [Covid-19]," katanya dalam konferensi pers virtual, Senin (15/4/2020).
Dia memaparkan peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2020 terhadap Februari 2020 (mtm) terjadi pada komoditas besi dan baja US$220,9 juta (36,19 persen), bijih, terak, dan abu logam US$154,7 juta (52,11 persen), dan kertas, karton, dan barang dari padanya US$358,8 juta (15,02 persen).
Sementara itu, penurunan eskpor terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya US$93,8 juta (turun 12,50 persen), mesin dan perlengkapan elektrik US$721,9 juta (turun 5,41 persen), dan timah dan barang daripadanya US$71,3 juta (turun 41,74 persen).
Jika dilihat selama Maret 2020, ekspor Indonesia ke china naik 5,52% [mtm]. Barang utama ekspor China, katanya, antara lain tembaga, lemak dan minyak nabati, besi dan baja.
"Impor dari China melonjak 50,43 persen [mtm]. Barang yang diimpor antara lain, imia organik, plastik dan barang dari plastik. Kalau dibandingkan Maret 2019 [yoy] impor non migas dari China mengalami penurunan," jelasnya.