Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pekan Depan, Cadangan Devisa Meningkat ke US$125 Miliar

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan insyaallah pada pekan depan cadangan devisa dapat meningkat menjadi US$125 miliar.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers melalui video streaming di Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia memerkirakan cadangan devisa pada pekan depan dapat meningkat menjadi US$125 miliar, dari posisi akhir Maret 2020 senilai US$121 miliar.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan insyaallah pada pekan depan cadangan devisa dapat meningkat menjadi US$125 miliar. Hal ini salah satunya ditunjang penerbitan global bond pada 6 April 2020 sebesar US$4,3 miliar.

"Ke depan terus membaik,. Jumlah Cadev semakin baik, cukup bayar impor dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah. Itu bagian tugas kita bersama," paparnya, Kamis (9/4/2020).

Perry pun berharap kepada investor dalam dan luar negeri semakin banyak yang masuk. Pasalnya, dengan adanya stabilitas rupiah, investasi di Indonesia dapat memberikan imbal hasil yang relatif tinggi.

Sebelumnnya, BI melaporkan per akhir Maret 2020, cadangan devisa nasional tercatat sebesar US$121 miliar.

Dalam rapat kerja virtual bersama Komisi XI DPR, Rabu (8/4/20200, Perry menuturkan, cadangan devisa sempat menurun US$9,4 miliar dari Februari lalu. Penurunan dikarenakan sebanyak US$2 miliar digunakan Bank Indonesia untuk membayar utang pemerintah yang jatuh tempo.

Di samping itu, kata Perry, sekitar US$7 miliar digunakan Bank Indonesia untuk memasok valuta asing di pasar, khususnya pada minggu kedua dan ketiga. Saat itu terjadi kepanikan pasar global sehingga investor asing melepas SBN dan obligasi dalam waktu yang berdekatan.

"Kami bisa pastikan jumlah cadangan sekarang US$121 miliar lebih dari cukup, bisa memenuhi sekitar tujuh bulan pembayaran impor, utang pemerintah, dan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper