Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) telah menyelesaikan empat proyek hulu migas dengan total investasi US$45 juta dan tambahan produksi gas 80 mmscfd serta menghasilkan listrik 4 megawatt (MW).
Ke empat proyek yang berhasil diselesaikan adalah tiga proyek gas dan satu proyek utilitas. Keempat proyek tersebut yakni Grati Pressure Lowering yang dilakukan oleh Ophir Indonesia (Sampang) Pty. Ltd. di Jawa Timur. Proyek ini menghasilkan produksi gas sebesar 30 MMscfd.
Proyek kedua adalah pengembangan Lapangan gas Randugunting oleh PT PHE Randugunting di Jawa Tengah, yang berpotensi memberikan tambahan produksi 5 MMscfd. Proyek ketiga adalah pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. di Laut Natuna, memberikan tambahan produksi 45 MMscfd.
Terakhir adalah pembangunan Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP. Pembangkit yang dibangun akan digunakan untuk mendukung operasi hulu migas di wilayah Kalimantan Timur.
“Kami bersyukur empat proyek hulu migas telah dapat direalisasi tepat waktu. Capaian ini merupakan salah satu usaha yang kami lakukan untuk menjaga produksi migas sesuai target,” kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno, dalam keterangan resmi, Rabu (8/4/2020).
Sepanjang 2020 ditargetkan terdapat 11 proyek hulu migas yang akan onstream. Mayoritas proyek merupakan proyek pengembangan lapangan gas. Jumlah proyek ini meningkat dibandingkan dengan 2019 yang hanya ada 9 proyek.
Keberadaan proyek hulu migas akan memberikan kontribusi pada penambahan produksi migas yang bermuara pada pemasukan negara. Selain itu, proyek-proyek hulu migas juga akan menggerakan sektor ekonomi di daerah dan menciptakan lapangan kerja.
ANTISIPASI CORONA
Di tengah tekanan rendahnya harga minyak dunia dampak virus corona, Julius mengaku pihaknya harus duduk bersama dengan KKKS untuk mengevaluasi kegiatan yang dilakukan, termasuk mengevaluasi target capaian proyek.
“Hampir semua KKKS yang kami hubungi meminta akses khusus untuk pekerja dan material yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan yang mereka lakukan. Oleh karena itu kami harus membuat perencanaan ulang. Tujuannya agar kegiatan yang kami lakukan memberi manfaat maksimal bagi negara,” tambah Julius.
Sejauh ini, SKK Migas telah mengindentifikasi beberapa dampak yang ditimbulkan Covid-19 terhadap proyek hulu migas, antara lain transportasi material lebih lama, khususnya pengiriman material dari luar negeri, mobilisasi pekerja ke lokasi lebih sulit karena perizinan dan waktu karantina, kegiatan manufaktur peralatan migas untuk proyek tertunda atau lebih lama, persetujuan pengurusan perijinan lebih lama, serta produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah.