Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dukung Industri Tekstil, Produktivitas Kapas Digenjot

Ketersediaan bahan baku kapas memang masih menjadi kendala industri tekstil. Lebih dari 98 persen pasokan bahan baku masih dipasok lewat pengadaan luar negeri.
Petani kapas / JIBI
Petani kapas / JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian tengah mendorong produktivitas kapas demi mendukung berkembangnya industri tekstil dalam negeri.

Tanaman perkebunan penghasil serat tersebut memang menjadi salah satu bahan baku utama industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Ketersediaan bahan baku kapas memang masih menjadi kendala industri tekstil. Industri mencatat lebih dari 98 persen pasokan bahan baku masih dipasok lewat pengadaan luar negeri lantaran kualitas kapas lokal yang belum memenuhi standar yang dibutuhkan industri tekstil.

“Telah dikembangkan varietas benih unggul Kanesia 1–20 yang sudah dilepas Kementerian Pertanian yang mempunyai produktivitas cukup tinggi dan mutu serat yang dapat memenuhi kebutuhan industri tekstil,” kata Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono dalam keterangan resmi, Minggu (5/4/2020).

Area pengembangan kapas tersebar di 7 provinsi antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, NTB, NTT, Bali, dan Sulawesi Selatan, di mana Sulawesi Selatan merupakan wilayah sentra kapas.

Wilayah pengembangan kapas yang terbatas merupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksi. Secara umum tingkat produktivitas kapas di tingkat petani mencapai 1,50-2,80 ton/ha kapas berbiji. Rendahnya produktivitas di tingkat petani disebabkan pengembangan kapas sarat dengan banyak tantangan.

Berdasarkan hasil lapangan, ditemui beberapa tantangan yang dihadapi oleh para petani kapas. Tantangan mencakup distribusi hujan setiap tahunnya yang tidak merata dan wilayah pengembangan kapas yang dilakukan pada lahan-lahan marginal sehingga retan terhadap serangan hama dan penyakit.

Terdapat pula tantangan ekonomi mencakup tingkat harga kapas yang statis dibanding harga komoditas yang lain, serta tantangan sosial mencakup aspek psikologis di mana petani akan mengusahakan kapas bila kebutuhan pangannya terlebih dahulu telah terpenuhi.

Kementerian Pertanian pun mencatat bahwa sebagian besar petani mempunyai persepsi bahwa komoditas kapas kurang menjamin peningkatan pendapatan. Melihat hal ini, Kasdi menyatakan bahwa kendala ini dapat diurai dengan sejumlah kebijakan, seperti restrukturisasi kelembagaan petani, pemupukan modal investasi, pengembangan unit bisnis perdesaan, dan pengembangan kawasan.

“Pada tahun 2020 ini, pemerintah terus berupaya agar petani tak menyurutkan minatnya dalam memproduksi kapas, salah satunya dengan membangun kemitraan petani kapas dengan perusahaan pengelola, yaitu menghubungkan petani dengan pengelola serat kapas sehingga bermitra dengan industri tekstil untuk menjadi industri siap pakai,” kata Kasdi.

Selain itu, Lanjut Kasdi, pemerintah melalui APBN memfasilitasi petani kapas dalam memberikan bantuan benih dan pupuk serta dengan memberikan upah tenaga kerja yang berupa padat karya, sebagai salah satu upaya agar minat petani kapas tidak surut. Selain membudidayakan tanaman kapas, Petani turut melakukan tumpang sari dengan tanaman pangan palawija seperti jagung.

“Saat ini kita dalam usaha untuk menindaklanjuti tantangan kapas ke depan, semoga produksi dan produktivitas kapas menjadi meningkat dan dapat meningkatkan taraf hidup petani kapas. Saat memelihara kebun kapasnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper