Bisnis.com, JAKARTA — Industri teknologi properti di Indonesia membutuhkan dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur mengingat industri ini belum cukup berkembang di Tanah Air.
Chairman Indonesia Proptech Association Rusmin Lawin mengatakan bahwa teknologi properti (property technology/proptech) akan memiliki peran penting di industri properti nasional dan segala aspek kehidupan. Sayangnya, saat ini tidak banyak para pelaku di industri ini.
"Kalau kita melihat peluang proptech ini kan sangat besar, kita baru sadar itu sesudah adanya virus corona, padahal sebetulnya pemerintah melalui Kominfo dan Bappenas sudah harus mendorong percepatan ke arah itu," ujarnya pada Bisnis, Kamis (2/4/2020).
Di tengah kondisi saat ini, ketika pandemi virus corona jenis baru (Covid-19 ) melanda sejumlah negara, teknologi menjadi vital termasuk di sektor properti.
Rusmin mencontohkan ketika seseorang berada di luar negeri dan ingin melihat secara langsung produk properti yang dipasarkan di Indonesia, maka teknologi menjadi satu-satunya jalan keluar.
Orang tersebut dapat melihat bagian-bagian dari produk tersebut secara virtual baik bagian dapur, ruang tengah, halaman, atau bagian-bagian lain yang relevan sehingga calon konsumen itu dapat mempertimbangkan lebih lanjut untuk membeli properti tersebut.
Baca Juga
Rusmin yang juga Wakil Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) menyatakan bahwa saat ini pengembangan teknologi properti belum sejalan dengan perkembangan industri properti itu sendiri. Saat ini, harga perumahan bisa mencapai Rp60 miliar dan apartemen mencapai Rp200 miliar.
"Namun, penggunaan teknologi di setiap produk itu masih sangat kecil. Artinya apa? Kalau kecil, tingkat efisiensi daripada produk itu tidak maksimal, padahal kota-kota besar seperti Jakarta butuh produk-produk proptech seperti smarthouse atau smartliving," tuturnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong agar infrastruktur IT di Indonesia dapat terus dipacu sehingga proptech bisa berkembang dengan cepat di Tanah Air. Selain itu, dia menilai bahwa prospek bagus industri digital ekonomi juga dapat mendorong investor masuk ke industri proptech.
Terlebih, konsultan properti Jones Lang LaSalle mencatat bahwa 179 perusahaan rintisan di Asia Pasifik memperoleh investasi US$4,8 miliar atau lebih dari 60 persen dari total investasi proptech di dunia selama 2013 hingga 2017, sedangkan pada 2018 mencapai US$1 miliar.
Sementara itu, laporan terbaru Jones Lang LaSalle menyatakan bahwa 2019 suntikan dana ke proptech di Asia Pasifik mencapai US$625,9 juta.
Negara-negara seperti Singapura, Cina dan Hong Kong dinilai menjadi pasar yang paling baik dan patut dicontoh oleh Indonesia.