Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Aneka Keramik (Asaki) menyatakan pabrikan keramik nasional akan menurunkan kapasitas produksi pada awal kuartal II/2020.
Hal tersebut disebabkan oleh kondisi pasar lokal dan global yang terus menyusut sejak awal tahun dan belum ada tanda-tanda perbaikan.
Ketua Umum Asaki Edy Suyanto mengatakan produksi keramik nasional pada kuartal I/2020 susut 15-20 persen secara tahunan, sedangkan kurs Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat anjlok 17,51 persen (JISDOR, 30/3/2020).
Oleh karena itu, Edy meminta agar pemerintah tetap menepati janji penurunan tarif gas pada awal kuartal II/2020 agar pabrikan tetap bertahan.
"Kalau [taif] gas tidak turun, maka daya saing industri akan semakin terpuruk dan penurunan kapasitas secara massif tidak bisa dielakkan," katanya kepada Bisnis, Senin (30/3/2020).
Edy memperkirkaan kondisi pasar terbaik pada kuartal I/2020 adalah 80 juta-90 juta meter persegi (sqm). Angka tersebut turun 18,18-23,8 persen dari realisasi periode yang sama tahun lalu yakni sekitar 105 juta-110 juta sqm.
Tidak hanya itu, penyebaran wabah Covid-19 semakin memperburuk pasar yang telah diserang oleh curah hujan tinggi dan tertahannya proyek-proyek infrastruktur. Menurutnya, dampak terbesar dari penyebaran Covid-19 adalah dimulainya penerapan karantina wilayah (lockdown) di beberapa daerah.
Adapun, Dia menambahkan pelemahan Rupiah mempersulit pabrikan untuk menjaga kapasitas produksi lantaran 50 persen biaya operasional pabrikan keramik menggunakan dolar Amerika Serikat seperti suku cadang mesin, tinta keramik, dan tarif gas.
Seperti diketahui, sebagian besar suku cadang pabrikan keramik berasal dari Italia, Spanyol, dan China yang mewajibkan penggunaan Dolar Amerika Serikat dalam pembeliannya.
Pada kuartal I/2020, Edy mengatakan pabrikan tetap menjaga utilitas pabrikan walau pasar kerap menyusut. Dengan demikian, pabrikan terpaksa harus menurunkan kapasitas produksi lantaran ruang di gudang industri telah menyusut.
Menurutnya, saat ini penyusutan pasar telah menggantikan permasalahan besarnya keramik impor. Pasalnya, Edy mencatat volume keramik impor telah susut sekitar 6 persen pada kuartal I/2020.
Di sisi lain, Edy menyatakan pihaknya belum mempertimbangkan opsi pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk meringankan beban pabrikan. Sampai saat ini, lanjutnya, strategi yang diambil pabrikan adalah merumahkan karyawan untuk mengurangi kapasitas produksi.
"[Kami masih] merumahkan karyawan pabrik terlebih dahulu. Anggota Asaki pasti berupaya semaksimal mungkin untuk tidak terjadi PHK," katanya.