Bisnis.com, JAKARTA - Konsumsi listrik pada bulan Maret diperkirakan menurun akibat merebaknya Virus Corona dan kebijakan bekerja dari rumah (work from home/WFH).
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan dalam angka pendek, konsumsi listrik dari komersial kemungkinan akan menurun.
"Ada kebijakan work from home. Bisa terjadi di industri juga karena pelemahan permintaan barang untuk pasar ekspor," ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).
Kendati demikian, konsumsi listrik untuk rumah tangga diperkirakan meningkat seiring kebijakan work from home. "Untuk rumah tangga akan naik konsumsinya," katanya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan konsumsi listrik akan terjadi peningkatan di sektor rumah tangga karena pekerja yang bekerja di rumah.
Pihaknya pun menjamin ketersediaan listrik untuk rumah tangga akan selalu ada. "Ini kan hal yang mendasar kebutuhan listrik itu, apalagi orang disuruh stay di rumah. Mereka gunain laptop, lampu, AC dan lain sebagainya. Jangan sampai kerja di rumah listrik tidak ada," ucapnya.
Baca Juga
Pemerintah saat ini masih mengkaji dan mengevaluasi besaran jumlah pasokan listrik yang saat ini dibutuhkan untuk listrik rumah tangga.
Namun demikian, untuk konsumsi listrik industri, pihaknya belum dapat memastikan apakah ada kenaikan konsumsi. Pasalnya, dia tak mengetahui apakah industri beroperasi atau tidak selama kebijakan WFH ini berlangsung.
Untuk konsumsi listrik perkantoran diproyeksi akan mengalami kenaikan apabila tidak dibarengi dengan efisiensi. "Kantor kan logikanya turun, minimum AC turun, karena setiap gedung itu listrik besar untuk AC dan lift. Kalau bisa berkurang lift," kata Rida.
Sebelumnya, Executive Vice President Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PT PLN (Persero) Edison Sipahutar menuturkan hingga Februari tahun ini, realisasi penjualan listrik PLN mencapai 40,5 TWh dengan pertumbuhan mencapai 5,79 persen.
Angka pertumbuhan penjualan listrik hingga Februari ini lebih rendah bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang dapat mencapai 6 persen.
Pertumbuhan penjualan listrik hingga Februari yang rendah ini disebabkan oleh konsumsi listrik industri yang sebesar 1,68 persen, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 4,54 persen.
Rendahnya konsumsi listrik sektor industri dua bulan pertama tahun ini dikarenakan turunnya pemakaian listrik pada teksil yang mengalami -3,7 persen, besi dan baja sebesar -3,1 persen, kimia sebesar -1,4 persen, semen sebesar -3,9 persen, makanan dan minuman sebesar 6,6 persen, dan otomotif sebesar 1,3 persen.
Untuk konsumsi listrik rumah tangga hingga Februari 2020 mengalami pertumbuhan 7,58 persen, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,04 persen dan lebih tinggi bila dibandingkan konsumsi rumah tangga sepanjang 2019 yang mencapai 5,94 persen.
Konsumsi listrik bisnis hingga Februari tahun ini mencapai 6,68 persen, lebih rendah dibandingkan dengan Februari tahun 2019 yang mencapai 7,59 persen dan sepanjang tahun lalu yang mencapai 6,01 persen.
Menurutnya, rendahnya konsumsi listrik di awal tahun ini disebabkan oleh sejumlah faktor yakni banjir yang kerap terjadi di Januari dan Februari sehingga menyebabkan beberapa wilayah mengalami pemadaman.
"Ada pengaruh banjir tetapi dampaknya mengurangi pertumbuhan sekitar 0,15 persen. Banyak pemadaman sehingga menyebabkan energi tak terjual maksimal," kata Edison.