Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina EP mencatatkan pencipataan nilai dari efisiensi, penambahan pendapatan dan inovasi mencapai US$566 juta dalam tiga tahun terakhir.
Tercatat, dari total 1.602 inovasi yang dihasilkan para pekerja Pertamina EP (PEP) dalam kurun 2017-2019, sebanyak 98 inovasi telah direplikasi, bahkan lima inovasi di antaranya dipatenkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Ketua Divisi Opini dan Kajian Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Benny Lubiantara mengatakan inovasi memang bukan opsi tapi keharusan.
Apalagi di era harga minyak rendah, lanjutnya, terobosan melalui inovasi diharapkan tidak saja menjadikan proses menjadi lebih simpel dan efektif, tetapi juga yang berdampak terhadap efisiensi biaya dan optimalisasi produksi.
“Banyak masalah yang menantang dan mendorong terjadinya inovasi sederhana yang sesuai kebutuhan di lapangan atau fit for purpose,” katanya, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/3/2020).
Adapun lima inovasi telah mendapatkan hak paten di Kemenkumham antara lain PC ProveWork Over Well Services (WOWS) PEP Asset 3 Jatibarang Field di Indramayu, PC Prove Gitu Gitu Aja dari PEP Asset 1 Jambi Field di Jambi berupa alat penyangga perekam data elektronik untuk mengukur tekanan bawah sumur, dan IP Centribike dari PEP Asset 5 Sangasanga Field di Kutai Kartanegara.
Baca Juga
Kemudian RTProve SPE dari PEP Asset 4 Tanjung Field di Kabupaten Tabalong, berupa rumahan alat pengukur tekanan pada sumur minyak serta PCProve Super Cyclone dari PEP Asset 5 Tarakan Field di Kota Tarakan.
Dengan adanya value creation, tren produksi minyak PEP pun meningkat dalam tiga tahun terakhir. Misalnya, pada 2017 produksi minyak 77.154 barel per hari (BOPD), naik menjadi 79.445 BOPD pada 2018, dan tahun lalu menjadi 82.213 BOPD.
Benny menambahkan inovasi para pekerja PEP membantu menekan biaya, mempercepat perolehan data, dan mengurangi masalah sumuran.
“RT Prove SPE dan PC Prove Super Cyclone memang relatif dampaknya terkait langsung dengan optimalisasi produksi,” katanya.
Menurutnya, karya cipta inovasi paling sederhana pun perlu dipatenkan. Hal ini lazim dalam praktik di industri hulu migas di mancanegara.
Sementara itu, Pri Agung Rakhmanto, founder ReforMiner Institute, menambahkan efisiensi dan inovasi adalah proses terus-menerus. Hal ini sangat bagus dan positif untuk meningkatankan produksi.
“Namun, ini perlu dibarengi dengan efisiensi/sandardisasi di dalam sistem pengadaan,” katanya.