Bisnis.com, JAKARTA – Bank of Korea (BOK) mengatakan tengah mempertimbangkan rapat darurat di tengah upaya para pemimpin Korea Selatan untuk mengatasi dampak ekonomi dari wabah penyakit virus Corona (Covid-19).
Dalam pernyataannya pada Jumat (13/3/2020), BOK mengatakan para anggota Dewan Gubernur bank sentral Korea Selatan itu telah mendiskusikan perlunya rapat moneter khusus sejak Kamis (12/3/2020).
BOK juga menyatakan akan mengambil langkah-langkah untuk membendung pergerakan forex (foreign exchange) yang berlebihan.
Sementara itu, pada hari yang sama dengan pertemuan Gubernur BOK Lee Ju-yeol dan Menteri Keuangan Hong Nam-ki, Presiden Korsel Moon Jae-in menyerukan langkah-langkah yang belum pernah diambil sebelumnya untuk ekonomi Negeri Ginseng.
Menurut pihak kementerian, Gubernur Lee dan Menteri Keuangan Hong kemudian setuju untuk mengatasi "situasi ekonomi darurat".
Pernyataan terbaru dari BOK memberi sinyal kuat bahwa Dewan Gubernur BOK kemungkinan akan mengadakan pertemuan yang tidak dijadwalkan untuk membahas respons tambahan apa yang diperlukan seiring dengan meningkat pandemi virus corona.
Baca Juga
Perencanaan pertemuan ini kemungkinan akan memicu spekulasi pemangkasan suku bunga serupa dengan langkah yang diambil otoritas moneter Korsel tersebut saat merebaknya wabah MERS pada 2015.
“Mereka [BOK] mungkin mengatakan 'Uh-oh' [Gawat] sekarang,” ujar Chang Min, seorang peneliti di Korea Institute of Finance.
“Semuanya berjalan sangat berbeda dari penilaian mereka bulan lalu, dengan pasar berjatuhan dan bank-bank sentral menurunkan suku bunga di negara-negara lain,” tambahnya.
Pria yang pernah bertugas di BOK lebih lanjut mengatakan jika BOK tidak bertindak sekarang, maka mungkin akan membebani nilai tukar won Korsel dan merugikan ekspor ketika mata uang lain di seluruh dunia melemah.
Pada perdagangan hari ini, indeks saham acuan Korsel Kospi ditutup anjlok lebih dari 3 persen, setelah sempat terguling lebih dari 8 persen sehingga memicu ‘circuit breaker’, ambang batas di mana perdagangan dihentikan untuk penurunan dalam satu hari.
Bersama Kospi, nilai tukar won ditutup melemah tajam 12,74 poin atau 1,06 persen, penurunan terdalam sejak Agustus 2019, ke level 1.219,41 per dolar AS, depresiasi hari ketiga.
Hingga Jumat (13/3) siang WIB, jumlah korban jiwa virus corona terus menanjak mencapai total hampir 5.000 jiwa, dengan total lebih dari 134.000 kasus di seluruh dunia, seperti dikutip dari worldometers.
Korea Selatan mencatat jumlah kasus terbanyak di dunia dengan hampir dari 8.000 kasus terkonfirmasi sejauh ini, di belakang China, Italia, dan Iran yang berada di posisi teratas negara dengan jumlah kasus infeksi terbanyak.