Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian ESDM mengklaim produksi tambang mineral dan batu bara (minerba) tak terganggu wabah corona.
Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan hingga kini produksi mineral juga masih sesuai Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) perusahaan.
"Target produksi mineral di tahun ini memang berfluktuasi. Perusahaan menyesuaikan target produksi dengan proyeksi pasar, pergerakan harga dan juga kesiapan teknis operasional," ujarnya, Kamis (12/3/2020).
Hingga 6 Maret ini, realisasi produksi katoda tembaga mencapai 1.255 ton, dari target sebesar 291.000 ton sepanjang tahun ini. Tahun lalu, realisasi produksi katoda tembaga mencapai 176.400 ton.
Untuk komoditas emas, realisasi produksi logam emas sebesar 3,15 ton dari yang ditargetkan tahun ini mencapai 120 ton. Produksi emas di tahun lalu mencapai 108,2 ton.
Lalu produksi komoditas perak hingga 6 Maret mencapai 3,42 ton dari target tahun ini sebesar 290 ton. Target produksi perak tahun ini turun dari realisasi produksi perak di tahun 2019 yang mencapai 481,5 ton.
"Produksi tembaga, emas dan perak sebagai mineral ikutan, sangat bergantung dari PT Freeport Indonesia (PTFI) yang pada tahun ini masih dalam masa transisi tambang bawah tanah eehingga tingkat produksinya belum optimal. Pada tahun 2020 mulai naik lagi produksinya. Tahun 2022 menjadi puncaknya ke volume yang ideal," kata Bambang.
Produksi komoditas timah hingga 6 Maret 2019 mencapai 6.059 ton dari rencana produksi tahun ini sebesar 70.000 ton. Adapun realisasi produksi timah di tahun lalu mencapai 76.100 ton.
"Saya kira Timah relatif stabil dalam rata-rata produksi antara 70.000-80.000 ton," ucapnya.
Sementara untuk produk olahan nikel, realisasi produksi nikel matte mencapai 12.868 ton hingga 6 maret. Adapun produksi nikel matte sepanjang tahun. Ini ditargetkan mencapai 78.000 ton lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 71.000 ton.
Untuk produk nikel olahan yakni Nikel Pig Iron (NPI) dan FerroNikel ditargetkan produksi sebesar 2.023.490 ton di sepanjang tahun ini. Target itu naik dari tahun lalu yang hanya sebesar 1.786.400 ton.
Adapun hingga 6 Maret, realisasi Ferro Nikel sebesar 178.436 ton atau 32,24% dari target, sedangkan NPI mencapai 69.912 ton atau 17,48% dari target tahunan.
"Produk nikel olahan naik karena banyak smelter yang dibangun dan beroperadi, juga bijih yang diolah di dalam negeri. Adanya percepatan larangan ekspor bijih mentah ini berdampak serapan yang diolah di dalam negeri menjadi terangkat," tuturnya.
Bambang menambahkan untuk realisasi produksi bijih nikel hingga Februari tahun ini mencapai 3,89 juta ton dari yang diperkirakan sebesar 30 juta ton. Adapun pada tahun lalu realisasi produksi bijih nikel tercatat sebanyak 60,95 juta ton, melonjak dari realisasi tahun 2018 yang hanya sebesar 22,14 juta ton.
Untuk ekspor bijih nikel pada 2019 juga tercatat naik mencapai 30,19 ton dari tahun sebelumnya yang mencapai 20,07 juta ton.
"Kenaikan di 2019 itu memang situasional, psikologis karena pemerintah menerapkan larangan ekspor di awal 2020. Perhitungan saya produksi bijih nikel untuk memasok kebutuhan di dalam negeri sekitar 30-an juta ton," terangnya.
Untuk produksi bijih bauksit, lanjut Bambang, hingga Februari 2020, realisasi produksi bijih bauksit mencapai 3,77 juta ton. Sepanjang 2019, ekspor bijih bauksit mencapai 16,59 juta ton.
Lalu, realisasi ekspor bijih bauksit per Februari mencapai 2,54 juta ton. Di tahun lalu sendiri volume ekspor bijih bauksit mencapai 16,10 juta ton.
Selanjutnya, realisasi produksi konsentrat tembaga tercatat sebesar 149.508 ton per Februari 2020. Pada 2019, realisasi produksi konsentrat tembaga mencapai 1,64 juta ton.
Untuk ekspor konsentrat per Februari mencapai 33.513 ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor konsentrat tembaga mencapai 707.216 ton.
Realisasi produksi untuk produk besi per Februari mencapai 564.638 ton. Pada 2019, realisasi produksi besi berada di angka 2,57 juta.
Sementara untuk ekspor besi per Februari mencapai 573.520 ton. Sepanjang tahun lalu, ekspor produk besi mencapai 2,99 juta ton.
Di sisi lain, produksi batu bara hingga Februari mencapai 94,72 juta ton atau baru sekitar 17,22% dari rencana produksi yang mencapai 550 juta ton. Adapun sepanjang 2019, produksi batu bara melonjak mencapai 616 juta ton dari yang ditargetkan 489 juta ton.