Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penanggungan PPh Badan Ringankan Biaya Produksi

Asprisindo mencatat nilai ekspor pada akhir tahun lalu merosot sekitar 12,7 persen - 12,9 persen menjadi sekitar US$4,4 miliar.
Pengunjung memperhatikan koleksi sepatu di sela-sela konferensi pers BCA Jakarta Sneaker Day 2019, di Jakarta, Jumat (18/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Pengunjung memperhatikan koleksi sepatu di sela-sela konferensi pers BCA Jakarta Sneaker Day 2019, di Jakarta, Jumat (18/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyatakan penanggungan pajak penghasilan (PPh) badan maupun tenaga kerja dapat meringankan biaya produksi pabrikan.

Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie mengatakan bahan baku alas kaki untuk keperluan Ramadan dan ekspor saat ini dikirim melalui udara. Adapun, lanjutnya, jalur udara dipilih lantaran memiliki waktu tempuh yang lebih cepat dari jalur air.

"Bahan baku dari China biasanya kami pakai form khusus agar bisa dapat pembebasan bea masuk. Akan tetapi, karena corona ada [pabrikan] yang menggunakan kargo udara tapi harus singgah-singgah dulu, akhirnya ketika masuk ke Indonesia malah kena bea masuk," katanya kepada Bisnis, Kamis (12/3/2020).

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengumumkan akan mengurangi atau meniadakan bea masuk khusus bahan baku sektor manufaktur dalam paket kebijakan ekonomi selanjutnya.

Firman menyatakan pabrikan alas kaki belum mendapatkan bantuan fiskal dari pemerintah terkait arus bahan baku dari awal tahun. Adapun, arus barang dari China ke Indonesia dan sebaliknya mulai terhambat selama dua minggu pada 3 Februari-17 Februari 2020.

Firman menyatakan bahan baku yang dipesan dari Negeri Panda baru saja dikirimkan dari pelabuhan di sana pada awal bulan ini. Sementara itu, dia menilai pabrikan bahan baku lokal belum memiliki variasi maupun keleluasaan volume serapan.

Alhasil, ujarnya, sebagian besar parikan alas kaki masih bergantung pada bahan baku dari Negeri Tirai Bambu.

Asprisindo mencatat nilai ekspor pada akhir tahun lalu merosot sekitar 12,7 persen - 12,9 persen menjadi sekitar US$4,4 miliar. Namun demikian, penurunan produksi pada awal 2020 membuat Firman berharap agar setidaknya performa ekspor pada akhir tahun ini stagnan dan tidak kembali mencatatkan kontraksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper