Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Industri Ban Tak Didukung Daya Beli

Berdasarkan catatan asosiasi, ada kebutuhan ban radial bus dan truk nasional mencapai 3 juta pasang.
Ilustrasi - perdagangan ban/Istimewa
Ilustrasi - perdagangan ban/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri ban menyatakan pembangunan infrastruktur yang telah rampung dan masih dibangun menjadi indikasi prospek yang baik.

Berdasarkan catatan asosiasi, kebutuhan ban radial bus dan truk nasiona tercatat mencapai 3 juta pasang dengan kapasitas gabungan produksi dari perusahaan yang ada sekitar 250.000 pasang.

Selama ini pengguna ban radial truk dan bus bergantung pada impor dari China dan India.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Azis Pane menagatakan adanya Tol Jakarta-Surabaya, Papua, Kalimantan, Sumatera tentu menjadi sebuah kesempatan untuk industri ban bertumbuh ke depan.

Sayangnya, sampai saat ini persoalan daya beli di masyarakat menjadi tantangan dalam pencapaian kenaikan yang diharapkan.

"Kita semua sepakat ekonomi itu perlu digerakan dengan transportasi, tetapi ketika masyarakat tidak mampu memenuhi setiap kebutuhan sekunder ini akan sama saja. Jika berkaca dari tren pembelian kendaraan melalui pembiayaan juga masih banyak kasus gagal bayar meski uang muka yang diberi sudah sangat kecil," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/12/2020).

Aziz menyebut untuk menggairahkan pasar daya beli terutama pasar ban, dibutuhkan Pertumbuhan Ekonomi yang mencapai 7 persen. Sementara itu, pertumbuhan Indonesia masih berkutat pada angka 5 persen.

Kondisi di atas, cukup menekan para pelaku industrik ban yang sudah lama menunggu gairah konsumsi masyarakat kembali. Untuk itu, strategi pengembangan ban vulkanisir yang akan terus digencarkan pengusaha ke depan untuk menjaga arus keuangan.

"Upaya itu juga belum banyak membuahkan hasil sejak 2016 masih ada saja pabrikan ban yang tutup, padahal dengan ban vulkanisir konsumen bisa mendapat harga lebih murah sampai Rp800.000 dari semestinya sekitar Rp3 juta," ujar Azis.

Dia menambahkan begitu pula dengan kondisi ban untuk kelas menengah atas. Menurutnya ban segmen menengah atas memiliki perputaran yang lambat karena ketahanan produk bisa berlangsung hingga tiga tahun sementara ban yang murah paling sekitar 17 bulan.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper