Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karena Corona, BI Pertimbangkan Revisi Pertumbuhan Ekonomi 2020

Ekonomi dunia juga diperkirakan masih melambat, dengan pertumbuhan di kisaran 2,7 persen.
Pemandangan deretan gedung bertingkat di ibu kota terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (5/11/2019)./ANTARA FOTO-Galih Pradipta
Pemandangan deretan gedung bertingkat di ibu kota terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Selasa (5/11/2019)./ANTARA FOTO-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan akan mengkalkulasikan kembali proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini karena penyebaran virus corona yang semakin meluas di luar China, termasuk negara maju.

Menurut Perry perang dagang cukup mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mana pada kuartal IV/2019 tercatat tumbuh di bawah 5 persen, yaitu sebesar 4,97 persen. Sementara, pada tahun ini, pertumbuhan ekonomi ditargetkan tumbuh di kisaran 5,0 persen-5,4 persen.

Akibat virus corona, Bank Indonesia akan mengambil langkah untuk menghitung ulang proyeksi pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal I/2020 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini masih mampu bertahan di angka 4,9 persen.

Secara keseluruhan pada 2020, BI menyatakan optimis angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen. Jika didukung dengan stimulus fiskal dan moneter, maka pertumbuhan ekonomi dapat meningkat menjadi 5,2 persen.

"Karena merebaknya virus corona di negara maju, maka [pertumbuhan ekonomi] akan dikalkulasikan lagi. Mungkin akan lebih rendah karena dampak corona sudah semakin luas," katanya, Rabu (11/3/2020).

Sementara, Perry mengutarakan kemungkinan ekonomi dunia juga masih akan mengalami perlambatan, dengan pertumbuhan di kisaran 2,7 persen. Selain itu, pertumbuhan ekonomi beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa juga akan mengalami penurunan, bahkan Jepang diperkirakan akan mengalami resesi.

Perry menambahkan dampak virus corona paling terlihat pada tiga sektor, di antaranya sektor finansial, pariwisata, dan perdagangan.

Pertama, pada sektor finansial, investor global sulit mengukur risiko dari ketidakpastian virus corona sehingga mengkonversikan asetnya menjadi cash atau emas.

Kedua, pada sektor pariwisata, sangat terlihat penurunan jumlah wisata mancanegara, khusunya dari China yang setiap tahunnya sebanyak 2,1 juta turis yang datang ke Indonesia.

Namun, diperkirakan pada April 2020, jumlah turis mancanegara akan mulai mengalami peningkatan meski belum pulih, sejalan dengan virus korona yang diprediksi akan mereda dalam waktu 6 bulan.

Di samping itu, sektor yang ketiga adalah perdagangan, terkhusus ekspor dan impor. Diperkirakan kegiatan ekspor dan impor akan tertahan 2 hingga 3 bulan dalan kondisi saat ini.

Namun untuk kegiatan ekspor, sudah mulai terlihat ada aktivitas. Sementara importir, masih belih belum bisa mengimpor barang langsung dari China. Tidak hanya Indonesia, kegiatan impor tersebut juga berdampak ke sebanyak 20 negara lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper