Bisnis.com, JAKARTA–Defisit anggaran pada APBN 2020 diproyeksikan bakal melebar hingga 2,5% dari PDB akibat wabah virus Corona atau Covid-19 yang menekan penerimaan negara.
"Sekarang ini kita sudah lihat kemungkinan defisit naik itu pasti. Tekanan penerimaan dari harga minyak dan kondisi ekonomi serta fasilitas yang kita keluarkan, dari sisi belanja juga ada akselerasi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (10/3/2020).
Oleh karena itu, ruang kosong yang timbul akibat dinamika tersebut bagaimanapun harus dipenuhi melalui pembiayaan anggaran.
Namun, saat ini pasar Surat Berharga Negara (SBN) tidak selalu stabil karena banyaknya isu yang menerpa, mulai dari Covid-19 hingga perang harga minyak mentah antara Arab Saudi dan Rusia.
Oleh karenanya, strategi pembiayaan yang tepat sasaran pun perlu disusun dan kebijakan-kebijakan perlu dikeluarkan agar penerbitan SBN tidak membebani anggaran di tahun-tahun ke depan.
"Bond stabilization framework itu sudah kita bikin. BI juga melakukan yang sama, BI beli SBN pasar sekunder kalau ada dorongan eksesif yang tidak mencerminkan fundamental," ujar Sri Mulyani.
Penerbitannya SBN juga dijaga agar bisa diterbitkan saat kondisi pasar sedang rasional. "Ini masalah timing dan size [penerbitan SBN]," kata Sri Mulyani.