Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Garmen Tertekan Pelemahan Daya Beli

Direktur Tekstil Dan Aneka Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh membenarkan bahwa ada pelemahan daya beli di pasar
Indonesia International Textile & Garment Expo. /foto indointertex
Indonesia International Textile & Garment Expo. /foto indointertex

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berharap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat merasakan berkah Ramadan meski keadaan pasar tertekan oleh produk impor dan pelemahan daya beli.

Direktur Tekstil Dan Aneka Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Elis Masitoh membenarkan bahwa ada pelemahan daya beli di pasar. Elis mendapatkan laporan bahwa beberapa thari terakhir sebagian garmen produsen lokal tidak terserap di peritel besar.

"Daya beli masyarakat lagi rendah. Kemudian, [penjualan] online dalam ngeri juga tidak begitu banyak. Tapi, [impor melalui penjualan] online meningkat,"katanya kepada Bisnis, Senin (9/3/2020).

Elis mencatat impor garmen pada tahun lalu meningkat 5,67 persen menjadi US$916,2 juta dari realisasi tahun sebelumnya senilai US$866,97 juta. Adapun, lanjutnya, nilai impor garmen pada Januari 2020 tercatat mencapai US$105 juta.

Jika dirata-ratakan menjadi satu tahun, nilai impor garmen dapat menyentuh angka US$1,2 miliar atau melesat 37,52 persen dari realisasi akhir tahun lalu.

Maka dari itu, Elis menyampaikan pihaknya telah bekerja sama dengan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) untuk mengenakan safeguard pada pakaian jadi untuk melindungi industri kecil dan menengah (IKM) TPT lokal.

Namun demikian, Elis mengatakan proses pengumpulan fakta kapasitas produksi IKM garmen sulit lantaran jumlahnya yang banyak dan tersebar.

Oleh karena itu, sebaiknya pengenaan bea masuk tindakan pengamanan sementara (BMPTS) pada industri kain dapat sedikit meringankan tekanan yang terjadi pada pasar garmen nasional.

Elis menjelaskan pengenaan safeguard tersebut dapat menjaga proses produksi industri garmen saat pasokan kain impor dari Negari Panda tersendat akibat wabah virus corona. Menurutnya, beberapa pabrikan telah menunjukkan peningkatan serapan tenaga kerja dan utilitas pabrikan untuk memenuhi permintaan kain di dalam negeri.

"Industri kain ada 2.900 unit. Kalau 50 persen terselamatkan dengan safeguard itu, misalnya 1.500 unit, kemudian utilitasnya naik setidaknya jadi 60 persen, daya beli bisa kembali naik dan industri kain bisa hidup kembali," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper