Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Produsen Listrik Swasta berkomitmen penuh menyelesaikan proyek 35.000 megawatt meski berisiko molor dari target yang telah ditetapkan.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang mengatakan keterlambatan tersebut terjadi karena tenaga kerja asing terutama dari negara negara yang penyebaran virus corona cukup banyak jumlahnya yang tentu akan berdampak pada proyek pembangkit 35.000 MW. Terlebih juga karena adanya larangan bepergian.
"Kalau proyek mana saja saya belum punya datanya. Kami, swasta bangun 26 pembangkit dengan waktu bervariasi," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (8/3/2020).
Kendati demikian, kalangan pengusaha listrik swasta ini masih berkomitmen penuh untuk tetap menyelesaikan proyek 35.000 MW sesuai timeline yang ada.
Pihaknya terus memantau perkembangan dan mencari semua alternatif terbaik mengenai kebutuhan tenaga kerja asing maupun kebutuhan beberapa komponen impor, baik sourcing dari lokal maupun dengan negara lain.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan keterlambangan proyek 35.000 MW ini kemungkinan besar terjadi pada proyek yang sedang konstruksi dan menggunakan tenaga kerja dari China dan juga barang atau peralatan yang dipasok dari China.
"Kalau ada keterlambatan pengiriman barang untuk pembangkit listrik bisa saja proyek tidak memenuhi rencana waktunya. Efek Corona ini baru saja berlangsung, berapa lamanya belum tahu juga," katanya.
Kendati demikian, keterlambatan proyek 35.000 MW akibat Virus Corona dan juga mundurnya rencana penyelesaian keseluruhan dari 2025 menjadi 2029 merupakan suatu yang positif karena pertumbuhan listrik hanya di kisaran 4 persen.
"Yang mundur kan pembangkit-pembangkit yang belum konstruksi, ada sekitar 6 GW hingga 7 GW. Ada juga karena sejumlah pembangkit yang belum dapat pendanaan. Mungkin pembangkit-pembangkit ini tidak akan dibangun. Pendanaan dari China, Korea dan Jepang. Saat ini misalnya sejumlah lembaga keuangan dan asuransi dari Jepang dan Korea tidak lagi mau mendanai proyek-proyek PLTU. Tinggal proyek-proyek yang dari China sekarang," tutur Fabby.