Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Bukit Asam Tbk. menunda rencana penandatanganan final perjanjian kerja sama pembangunan gasifikasi PTBA di Amerika Serikat akibat virus corona.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) Arviyan Arifin mengatakan bahwa rencananya penandatanganan ini akan dilakukan ketika Presiden Joko Widodo menghadiri ASEAN - US special summit. Namun, acara tersebut ditunda karena wabah corona, begitu juga dengan penandatanganan kerja sama pembangunan gasifikasi PTBA di Amerika Serikat.
"Rencananya mau tanda tangan perjanjian kerja sama pembangunan gasifikasi untuk PTBA di Amerika Serikat ketika Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menghadiri ASEAN-US Special Summit. Namun, karena ada wabah corona, Presiden AS Donald Trump menunda acara konferensi internasional tersebut, sehingga penandatanganan itu akan menyesuaikan jadwalnya," ujar Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (3/3/2020).
Dia mengatakan bahwa rencana penandatanganan itu masih melanjutkan program yang lama dan saat ini sudah masuk tahap akhir yakni tahap eksekusi.
Selain rencana penandatanganan tersebut, Dirut perusahaan pelat merah di bidang pertambangan tersebut menyatakan bahwa sejumlah proyek lain juga akan mengalami penundaan akibat terdampak wabah virus corona.
"Ini musibah internasional, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Pasti ada dampaknya, beberapa proyek kami jadi mengalami penundaan," ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Amerika Serikat memutuskan menunda pertemuan dengan para pemimpin Negara-negara Asia Tenggara yang dijadwalkan pada 14 Maret akibat kekhawatiran tentang penyebaran corona.
Presiden AS Donald Trump mengundang para pemimpin 10 anggota ASEAN untuk bertemu di Las Vegas setelah dia tak hadir dalam KTT ASEAN di Bangkok November.
Arifin menambahkan bahwa AS menilai penting hubungannya dengan bangsa-bangsa anggota ASEAN dan berharap melakukan pertemuan mendatang. Keputusan itu datang di tengah kekhawatiran yang berkembang bahwa virus akan menyebar di AS saat banyak negara melaporkan infeksi baru.
Selain itu, sejumlah perusahaan juga mengumumkan larangan pada karyawannya untuk bepergian dan pasar saham global terus merosot akibat virus corona.