Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Pembangunan Pabrik DME Rampung Bulan Ini

Adapun pembangunan pabrik tersebut akan melibatkan tiga pihak yakni PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk., dan Air Product.
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri
Aktivitas penambangan batu bara PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim, Sumatra Selatan/Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA – Perjanjian antara untuk pembangunan pabrik gasifikasi batu bara kalori rendah ditargetkan rampung pada bulan ini.

Adapun pembangunan pabrik tersebut akan melibatkan tiga pihak yakni PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk., dan Air Product.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Pertamina Heru Setiawan mengatakan bahwa dalam pembangunan pabrik yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan itu akan menyerap investasi dari ketiga pihak tersebut.

“Iya kita bikin join, Air Product, Pertamina, PTBA. Nanti yang investasi bertiga,” katanya di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Di lain pihak, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk Hadis Surya Palapa menjelaskan bahwa rencananya pembangunan tersebut akan dimulai pada 2021 mendatang dan ditargetkan rampung pada 2024.

Namun, Hadis mengungkapkan, nantinya Air Product selaku pemilik teknologi akan sepenuhnya mengucurkan investasi untuk pabrik dengan nilai investasi senilai US$2,3 miliar. PTBA akan menjamin pasokan batu bara dan Pertamina bersama PTBA akan menjadi off takers dimethyl eter (DME).

Adapun, Air Product adalah perusahaan publik dengan total kapitalisasi pasar US$55 miliar asal Amerika Serikat yang memiliki lini bisnis perdagangan gas dan kimia untuk kebutuhan industri.

Perusahaan yang tercatat di Bursa New York dengan kode saham APD tersebut telah berekspansi ke 50 negara di dunia. Per 2019,

“Sumber pendanaan akan diemban oleh Air Products,” jelasnya.

Sementara itu, terkait dengan harga batu bara yang akan dipasok, Hadis menyebut hingga saat ini masih dibahas di dalam perjanjian kerja sama tersebut.

Hingga saat ini, pembahasan terkait dengan detil kerja sama masih terus berlangsung. Perjanjian ditargetkan rampung pada pertengah Maret 2020.

“Perlu atau tidaknya JV masih dalam tahap pembicaraan. Jikapun diperlukan, JV hanya antara PTBA dan Pertamina saja. Harga batu bara bagian dari pembicaraan detail yag sedang berlangsung. FEED segera setelah perjanjian di tanda tangan,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan liquid natural gas (LNG) domestik, Indonesia memerlukan alternatif energi yakni DME.

Untuk itu, Indonesia membutuhkan setidak 4 pabrik DME untuk mengolah 8 juta ton batu bara berkalori rendah menjadi 1,4 juta ton DME.

Nicke mengatakan, pihaknya telah menghitung nilai keekonomian dari penggunaan batu bara berkalori rendah. Menurutnya dengan harga pada kisaran US$20—US%21 per ton telah sesuai dengan tingkat keeonomian.

“Dari batu bara kalori rendah yang selama ini tidak digunakan karena ada anjuran pemerintah untuk tidak pakai batu bara kalori rendah di PLTU. Nah ini kami serap, DME bisa jadi impor subtitusi LPG,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper