Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Corona Bikin Ekonomi Merana?

Risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi akibat penyebaran virus Corona kian menguat sejalan dengan luasnya dampak yang ditimbulkan di berbagai sektor. Indonesia sendiri memulai babak baru menyusul berita terkini adanya dua warga Depok yang terinfeksi virus. Lalu, seberapa besar pengaruh virus ini bagi perekonomian?
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan dua orang WNI positif Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo (kiri) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyatakan dua orang WNI positif Covid-19 di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Biro Pers Sekretariat Presiden

Bisnis.com, JAKARTA—Risiko melambatnya pertumbuhan ekonomi akibat penyebaran virus Corona kian menguat sejalan dengan luasnya dampak yang ditimbulkan di berbagai sektor. Indonesia sendiri memulai babak baru menyusul berita terkini adanya dua warga Depok yang terinfeksi virus. Lalu, seberapa besar pengaruh virus ini bagi perekonomian?

Wajah baru kemasan lama. Demikian perumpamaan untuk Corona (Covid-19) yang sejatinya merupakan virus yang sudah dikenal oleh para peneliti bidang kesehatan sejak 1965 sebelum hadir kembali. Kasus merebaknya Corona ini mengingatkan kembali periode 2002-2003 ketika kasus SARS menjadi epidemi yang sempat menimbulkan kepanikan luar biasa.

SARS pertama kali muncul di Guangdong China pada November 2002 dan terus menyebar cepat ke 32 negara dan teritori hingga Agustus 2003. Tercatat total kumulatif 8.422 kasus dan 916 kematian akibat SARS. Daerah yang paling parah terkena dampak adalah daratan China, Hong Kong, Taiwan, dan Singapura. Wabah dimulai di Provinsi China Guangdong, dibawa ke Hong Kong dan dari sana SARS menyebar ke negara lain.

WHO kemudian membuat jaringan kolaborasi laboratorium penelitian untuk mengidentifikasi virus yang menyebabkan SARS. Dalam beberapa minggu setelah wabah di Hong Kong, para ilmuwan di Universitas Hong Kong mengidentifikasi jenis virus Corona sebagai kemungkinan penyebab SARS.

Corona Bikin Ekonomi Merana?

Sama halnya seperti SARS, kehadiran Corona saat ini kembali memunculkan kepanikan yang juga luar biasa. Kendati tingkat kematian masih di bawah SARS, virus ini lebih cepat daripada SARS. Tak ayal banyak negara memperkirakan bakal terjadi koreksi pertumbuhan ekonomi akibat Corona.

Tak hanya negara yang terkena langsung penyebaran virus mematikan ini, beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, juga ikut mengoreksi angka proyeksi pertumbuhan.

Bila Pemerintah Indonesia menghitung bakal terjadinya penurunan hingga 0,3% dari target 5% PDB (baseline) pada tahun ini akibat Corona, sebagian ekonom memproyeksikan dampak negatif penurunan bakal lebih dari 1% untuk pertumbuhan produk domestik bruto China yang diproyeksikan 6% (baseline).

Adapun Bank Indonesia baru saja menegaskan dampak virus corona terhadap fundamental ekonomi Tanah Air paling rendah jika dibandingkan dengan negara Asia lain.

SARS di Hong Kong

Dari sisi mikro, secara khusus Corona ini telah menyebabkan hantaman tersendiri pada korporasi yang bergerak di sektor jasa, transportasi hingga pariwisata. Dampaknya begitu nyata.

Laporan South China Morning Post baru-baru ini menyebutkan Cathay Pacific dan Cathay Dragon telah dan akan membatalkan lebih dari separuh penerbangan pada Februari dan Maret akibat meluasnya wabah virus Corona.

Maskapai tersebut memotong 783 penerbangan selama sepekan di bulan Februari dan 835 seminggu di bulan Maret 2020. Layanan penerbangan mereka berkurang masing-masing sebesar 52% dan 57%. Cathay Pacific yang melayani 107 rute menuju 101 bandara terutama berfokus pada penerbangan jarak jauh dan kota-kota besar di Asia. Adapun cabang regionalnya, Cathay Dragon menangani semua penerbangan regional lain di Asia, termasuk sebagian besar daratan China.

Presiden dan CEO maskapai Augustus Tang Kin-wing meminta 27.000 karyawan untuk mengambil cuti 3 minggu tanpa gaji dari awal Maret hingga akhir Juni 2020 sebagai langkah menangani situasi ini. Begitu pula dengan saingan kelompok itu, Hong Kong Airlines juga mengumumkan pemangkasan 400 pekerjaan dan meminta para stafnya mengambil cuti 2 bulan tanpa gaji antara pertengahan Februari dan akhir Juni.

Lusinan maskapai asing juga memotong layanan ke Hong Kong. China Airlines  juga akan memangkas18 penerbangan setiap hari ke Hong Kong menjadi hanya dua penerbangan. Strategi ini akan dilakukan mulai pekan ini hingga 28 Maret 2020, sementara Eva Air akan memotong lebih dari 11 penerbangan setiap hari menjadi kurang dari empat per hari untuk Maret.

Dampak secara finansial dari imbas pemotongan penerbangan ini angka-angkanya baru dapat dilihat dalam laporan keuangan kuartalan atau setidaknya semesteran nanti. Akan tetapi, dampak SARS terhadap perekonomian Hong Kong pada 17 tahun silam mungkin dapat menjadi gambaran.

Masih tersisa dalam ingatan saat itu The Hong Kong Tourism Board pada 21-24 Juli 2003 mengundang pewarta lintas negara termasuk Indonesia, Bisnis Indonesia salah satunya, untuk memperlihatkan Hong Kong sudah bebas dari SARS.

Kendati pun saat itu para pewarta diajak berkeliling ke lokasi yang dinilai 'aman' a.l. markas Cathay Pacific, pusat perdagangan, dan tempat wisata lain, kewaspadaan warga akan virus SARS itu belumlah sirna. Masker wajah dipakai di mana-mana, terutama para pekerja di bandara. Pemandangan tempat-tempat umum yang didesinfeksi juga mewarnai sudut kota. Yang jelas, kecemasan juga terbesit di wajah kami yang meliput.

Kesan secara umum saat itu, banyak bisnis menderita kerugian besar. Meskipun berawal di China, perekonomian Hong Kong-lah yang terkena dampak paling parah akibat kehadiran SARS. Efek negatif yang paling signifikan terjadi pada pasar modal, keuangan, transportasi, pariwisata dan lainnya.

Segera Bangkit

Begitu pula dengan Cathay Pacific saat itu. Maskapai terbesar Hong Kong itu sempat mengalami kerugian signifikan pada semester I meskipun mampu membalikkan keadaan pada kuartal III tahun itu.

Pada semester I/2003, Cathay Pacific mencatat kerugian HK$1,85 miliar (US$237 juta dolar AS) atau bertolak  belakang dengan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar HK$1,53 miliar.

Lalu lintas penumpang melalui airport Chep Lap Kok (nama lain Hong Kong International Airport/HKIA) anjlok 69% dan aktivitas penerbangan turun 40%. Kondisi itu diperparah oleh harga minyak mentah yang melambung akibat invasi AS ke Irak.

Sebagai dampaknya Cathay Pacific, yang berkantor pusat di Lantau Island-tempat kawasan bandara HKIA, mengambil langkah drastis menurunkan harga, memangkas layanan menuju Hong Kong dan menambah layanan penerbangan lain di luar negeri. Alhasil Cathay Pacific mampu meraih untung sepanjang 2003 sebesar HK$1,303 miliar dibandingkan dengan laba yaitu HK$3,98 miliar pada tahun 2002.

Corona Bikin Ekonomi Merana?
 

Demikian halnya dengan pertumbuhan negara-negara yang terkena dampak SARS ternyata tidak terlalu mengerikan seperti yang dibayangkan sebelumnya. Ketakutan dan kepanikan segera pulih setelah wabah ini terkendali.

Dampak negatif terbesar terjadi pada Hong Kong yang menggerus laju PDB 2,5% hingga tersisa sebesar 3%, imbas di China  sekitar 1% dan tekanan terhadap perekonomian dunia sekitar 0,1% saja. Dengan dampak yang tidak terlalu besar itu, perekonomian dunia, bahkan negara yang terkena langsung SARS, bisa pulih dengan cepat pada tahun berikutnya. Dari data perkembangan pertumbuhan ekonomi Bank Dunia, sangat jelas bahwa dampak krisis subprime mortgage di AS yang merambat ke Eropa pada 2008 jauh lebih besar imbasnya dibandingkan dengan SARS.

 

Corona Bikin Ekonomi Merana?

Kembali pada kekhawatiran dampak negatif Corona terhadap perekonomian. Apakah dampaknya kali ini bisa lebih parah dibandingkan dengan SARS? Konsensus sebagian ekonom meyakini Corona sangat mungkin memiliki dampak lebih besar daripada SARS.

Beberapa alasan itu meliputi size perekonomian China yang saat ini jauh lebih besar daripada sebelumnya. Ambil contoh karantina besar-besaran di China saja telah menyebabkan permintaan energi turun sekitar 20% sehingga harga minyak mentah global terpengaruh.

Corona Bikin Ekonomi Merana?
 

 Alasan lainnya adalah kekhawatiran masalah penyebaran Corona yang berkepanjangan sehingga imbasnya bisa merembet ke mana-mana.

Bagi Indonesia sendiri, gangguan perekonomian China akan memiliki dampak yang sangat berpengaruh. Ketergantungan ekonomi Indonesia atas China sangatlah besar. Pasalnya, selain menjadi negara tujuan ekspor terbesar, China juga merupakan negara importir terbesar (lihat grafis). Nilai impor Indonesia secara kumulatif Januari hingga Desember 2019 mencapai US$170,7 miliar dan dari jumlah tersebut terbesar berasal dari China senilai US$44,58 miliar.

Begitu pula dampak dari larangan umrah karena ada kekhawatiran virus Corona masuk ke Arab Saudi. Sebagai negara penyumbang jamaah umrah terbanyak nomor dua di dunia, jelas kondisi ini memukul ekonomi Indonesia.

Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah menghitung pengusaha tour and travel umrah dalam sebulan saja bisa merugi Rp2 triliun hingga Rp2,5 triliun akibat larangan umrah ke Arab Saudi ini. Taksiran kerugian ini didapat dari jumlah jamaah umrah yang rata-mencapai 100.000-150.000 dalam setiap bulan dengan biaya Rp20 juta.

Imbas negatif itu baru dari sisi omzet dan belum memperhitungkan efek lain yang akan mengikuti yaitu dari sisi karyawan, kasus Cathay di atas misalnya. Sebagai informasi, dalam setahun Indonesia bisa mengirimkan jamaah umrah sekitar 1 juta orang. Itu baru dari sisi umrah saja.

Memang penanganan Corona saat ini belum memperlihatkan tanda-tanda menurun karena tengah berada pada fase panik atau masa puncak.

Bila mengacu pada kasus SARS tahun 2003, masa puncak penyebaran berakhir dalam waktu sekitar 3 bulan. Atau bila dihitung sejak awal fase panik pada saat sekarang, Corona juga semestinya berakhir di bulan April 2020. Harapannya tentu bisa lebih cepat dari itu.

Namun sebaliknya, bila ternyata Corona juga tidak juga kunjung berakhir, dampak negatif terhadap perekonomian dapat lebih besar lagi. Indonesia harus serius mengatasi segala kemungkinan. Apalagi sudah ada warga dua Depok yang terinfeksi virus Corona ini tentu bisa menambah kemungkinan meluasnya dampak yang tidak diingikan. 

TIM RISET BISNIS INDONESIA

Bisnis Indonesia Resources Center

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper