Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyatakan produksi hingga Februari masih dibayangi awan hitam seiring meluasnya wabah virus corona.
Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie mengatakan wabah virus corona seharusnya dapat membuat volume produksi naik sekitar 10 persen lantaran impor sepatu jadi dari China terhenti.
Namun demikian, dampak terhentinya pasokan bahan baku dari China justru membuat pabrikan tidak bisa mengambil momentum tersebut, bahkan volume produksi pun anjlok secara tahunan.
"Kami masih menunggu [bahan baku] sejak 3 Februari 2020 sampai sekarang. Sebagian [pabrikan] produksinya menurun sampai 20 persen. Dampak [wabah] corona ini berdampak pada supply chain, " katanya kepada Bisnis, Senin (2/3/2020).
Seperti diketahui, arus barang dari China ke Indonesia dan sebaliknya mulai terhambat selama dua minggu pada 3 Februari-17 Februari 2020. Firman menyatakan bahan baku yang dipesan dari Negeri Panda baru saja dikirimkan dari pelabuhan di sana belum lama ini.
Sementara itu, Firman menilai pabrikan bahan baku lokal belum memiliki variasi maupun keleluasaan volume serapan. Alhasil, ujarnya, sebagian besar parikan alas kaki masih bergantung pada bahan baku dari Negeri Tirai Bambu.
Baca Juga
Menurutnya, wabah corona membuat industriawan meminta agar pabrikan bahan baku di China bekerja lebih cepat. Alhasil, lanjutnya, sebagian industri alas kaki nasional harus membayarkan harga bahan baku 10 persen lebih tinggi.
Firman menjelaskan permintaan tersebut dilakukan karena dua hal, yakni mengejar tenggat waktu pembeli di pasar global dan mengejar tenggat waktu persiapan Ramadan. Firman menyatakan saat ini ketersediaan bahan baku untuk pasar domestik masih belum normal hingga awal kuartal II/2020.
"Bulan April bahan baku baru masuk, kami akan rush [produksi] pada bulan April sampai Juni. Kemungkinan besar kami akan masuk [pasar domestik untuk keperluan Ramadhan], tapi tertunda. Semoga saja kami masih terkejar [masa spending] THR [tunjangan hari raya] itu," katanya.