Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan situasi perekonomian China pasca merebaknya virus Corona (Covid-19) sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.
Sri Mulyani menyebut, dampak virus Corona bisa lebih besar dibandingkan dengan virus SARS melanda China dan Hong Kong pada 2003 lalu. Skala perekonomian China yang naik drastis hampir dua puluh tahun terakhir menjadi salah satu penyebabnya.
"Untuk diketahui, kenapa situasi di China menjadi begitu penting karena size ekonomi mereka sudah di atas US$13 triliun. Kontribusi [China] terhadap ekonomi dunia 17%," katanya di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Dia menuturkan, peran China yang makin penting dalam perdagangan dunia membuat apapun yang terjadi di Negeri Tirai Bambu bisa menimbulkan dampak turunan ke berbagai negara.
Hal itu, lanjut Sri Mulyani sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi 17 tahun lalu saat wabah SARS merebak. Saat itu perekonomian China tidak sebesar seperti saat ini. Dengan demikian, tekanan yang dirasakan China tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ekonomi global. Menurut Sri Mulyani, China hanya mencatat koreksi pertumbuhan ekonomi 2 persen ke posisi 8 persen pada 2003 lalu.
"Sekarang baseline mereka 6 persen, bahkan agak di bawah 6 persen. Penurunan dari China terasa berat secara psikologis. Karena menuju area level 5 Persen untuk pertumbuhan ekonomi," jelas Sri Mulyani.
Baca Juga
Sebelumnya, Sri Mulyani memaparkan setiap penurunan China sebesar 1 persen akan berdampak turunnya perekonomian sebesar 0,3 persen s.d 0,6 persen. Jika baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 ditargetkan 5 persen s.d 5,3 persen, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi bakal turun ke level 4,7 persen.
Untuk mengurangi dampak buruk akibat virus corona, pemerintah akhirnya mengeluarkan jurus paket stimulus ekonomi untuk menggairahkan daya beli masyarakat. Stimulus antara lain meliputi diskon tiket pesawat, insentif bagi pelaku pariwisata, penambahan anggaran kartu sembako, dan peningkatan subsidi bunga perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
"Presiden menyambut baik penurunan suku bunga acuan [yang dilakukan Bank Indonesia]. Kemarin kami sidang kabinet paket kebijakan fiskal. Kami lakukan countercyclical dan terus berkoordinasi dengan BI dan OJK [Otoritas Jasa Keuangan]," tukasnya.