Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Harga Gas Hulu, Pertamina Butuh Insentif dan Relaksasi

Pertamina butuh insentif dan relaksasi agar harga gas di hulu bisa ditekan.
Dirut Pertamina Nicke Widyawati (kiri) bersama Direktur Pemasaran Retail Mas'ud Khamid bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Dirut Pertamina Nicke Widyawati (kiri) bersama Direktur Pemasaran Retail Mas'ud Khamid bersiap mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (6/3/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) meminta sejumlah insentif guna menekan harga gas di hulu, agar Perpres No 40 Tahun 2016 bisa diimplementasikan.

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa (25/2/2020), Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa rata-rata harga gas hulu saat ini pada level US$4,5 per MMbtu.

Menurut Nicke untuk menekan harga gas di hulu perlu sejumlah insentif dan relaksasi terkait dengan fiskal kontrak.

Perseroan meminta penghapusan cost recovery stop (FTP Holiday), tambahan split atau bagi hasil kontraktor, dan penghapusan atau pengurangan PBB dan PPN.

Selain itu, Pertamina meminta penghapusan sewa aset hulu oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dan penghapusan sewa aset hilir atau kilang oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

"Jadi kami minta relaksasi di situ dan inilah yang kita yakini dapat menurunkan harga gas jadi hulu US$4,5 untuk industri tertentu tadi, sehingga yang dipatok nanti ini setengah di hulu dan 1,5 di midstream," kata Nicke, Selasa (25/2/2020).

Nicke menyampaikan pihaknya memerlukan insentif lain, Pertamina meminta penetapan harga yang memperhatikan keekonomian investasi hulu, terutama untuk discovery yang marjinal.

Pertamina juga meminta pemerintah mendukung ekspor LNG dari volume domestic yang uncommitted, penjualan gas hulu ke RU dan RMDP. Lalu ada peninjauan kembali ruang lingkup Asset Site Restoration/ASR.

Di samping itu, Pertamina juga meminta fleksibilitas pembiayaan ASR, pembuangan serpihan sisa pemboran atau Cutting Dumping dan pengeruka atau Dredging dimudahkan, serta adanya jaminan ketersediaan rig untuk aktivitas pengeboran.

Nicke menjelaskan dalam struktur pembentukan harga gas yang diterima konsumen sebesar 70 persen berasal dari hulu dan selebihnya berada di sektor hilir.

Dia menambahkan, selama ini pembentukan harga tersebut seluruhnya telah sesuai dengan regulasi yang mengatur struktur pembentukan harga gas.

Dengan demikian, terdapat beberapa perbedaan harga gas untuk sejumlah daerah di Indonesia.

Dalam paparannya, harga gas hulu pada 2019 untuk wilayah Sumatra bagian utara adalah US$5,6 per MMbtu, Sumatra bagian selatan US$5,48 per MMbtu, Jawa bagian Barat US$6,28 per MMbtu, Jawa bagian tengah dan timur US$6,34 per MMbtu, Kalimantan Timur dan Tengah US$4,95 per MMbtu, dan Sulawesi US$5,21 per MMbtu.

"Makanya perlu transportasi, regasifikasi, toll fee dan lainnya, sehingga relatif tinggi makanya komponen harganya banyak," jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut Nicke menyatakan Pertamina sebagai pemegang pangsa pasar gas domestik sebesar 57 persen akan terus menggenjot produksi gas di sektor hulu.

Potensi permintaan gas hingga 2024 mendatang trennya terus meningkat terutama permintaan dari tiga sektor yakni listrik, pupuk, dan industri.

Pada 2024, produksi gas Pertamina diproyeksikan bisa mencapai 3.244 mmscfd yang dikontribusikan oleh anak usahanya.

"Kami ingin sampaikan dari sisi supply demand ini masih ada potensi market agar ditingkatkan lebih lanjut, bisa dipenuhi. Produksi gas hulu sampai 2024 trennya meningkat dengan adanya beberapa blok yang cadangannya banyak dan menjanjikan. Kami harus melakukan pengeboran yang masif," ungkap Nicke.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper