Bisnis.com, JAKARTA - Produksi gas PT Pertamina sepanjang tahun lalu mencapai 492 MBOEPD turun dari 2018 yang mencapai 528 MBOEPD.
Direktur Hulu PT Pertamina Dharmawan H. Samsu mengatakan terdapat tiga faktor yang menyebabkan keterlambatan eksekusi.
"Ada keterlambatan RIG salah satunya di Nunukan," ujarnya, Senin (3/2).
Faktor kedua yang kontribusi cukup besar dalam penurunan produksi gas yakni Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP) di Aljazair. Lalu juga faktor ketiga terkait performa dari sumur yang tidak sebaik yang diharapkan.
"Ketiga itu faktor itu penyebabnya sekitar 19% terkait dengan ada penyerapan yang tidak terjadi itu sempat di Sumsel, di Bontang juga sempat. itu di beberapa tempat, ada statistiknya yang kita petakan," tambahnya.
Dalam pemberitaan Bisnis.com (26/12), Pertamina merencanakan pengeboran eksplorasi sebanyak 23 sumur di seluruh wilayah kerjanya termasuk yang berada di luar negeri pada 2020 guna meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi.
Baca Juga
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan pengeboran eksplorasi juga dilakukan oleh PT Pertamina Internasional EP (PIEP) sebanyak 1 sumur. Di sisi lain, Fajriyah menjelaskan pengeboran pengembangan direncanakan sebanyak 388 sumur.
"Kami pengeboran eksplorasi sebanyak 23 sumur, termasuk 1 sumur yang di luar negeri. Untuk sumur pengembangan totalnya 388 sumur, termasuk 54 sumur di luar negeri," tuturnya.
Selain itu, untuk aktivitas seismik 2D direncakanan sepanjang 1.559 kilometer dan seismik 3D seluas 1.020 km2.
Menurutnya, aktivitas hulu migas 2020 dilakukan agar dapat mendukung target produksi minyak dan gas bumi sebesar 923.000 barrel oil equivalen per day (boepd) atau meningkat 1.000 boepd dibandingkan dengan target tahun ini.
"Untuk kerja ulang [work over] 823 sumur, 716 di dalam negeri, dan 107 sumur di luar negeri," tambahnya.