Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan akademisi menilai target perolehan laba yang diusung Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp300 triliun hingga 2024 terlalu optimistis. Namun, target itu bukan berarti mustahil untuk dicapai.
Pengamat BUMN sekaligus Kepala Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto mengatakan pondasi BUMN saat ini tidak cukup solid dan memerlukan banyak pembenahan. Dia menilai, target perolehan laba bisa dipenuhi bila strategi restrukturisasi BUMN melalui klasterisasi berhasil.
Toto menjelaskan, tingkat profitabilitas perusahaan pelat merah saat ini masih tergolong rendah. Dari total aset Rp8.000 triliun, seluruh BUMN hanya menghasilkan laba Rp186 triliun pada 2018. “Kemampuan menghasilkan ROA [return on assets] sangat kecil. Hanya sekitar 2,3 persen. Artinya produktivitas aset rendah,” katanya kepada Bisnis, Senin (24/2/2020).
Menurut Toto, restrukturisasi BUMN melalui klasterisasi dan likuidasi yang diusung Erick Thohir dapat menjadi salah satu solusi. Hal ini diharapkan dapat membuat pengelolaan BUMN menjadi lebih efisien dan lebih fokus. Dia menyarankan, likuiditas BUMN yang tidak sehat bisa dilakukan segera.
Toto yakin apabila restrukturisasi BUMN berjalan mulus, kinerja BUMN bakal terdongkrak. Hal itu akan membantu target pencapaian laba bersih yang sudah ditetapkan pemerintah.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pemerintah berharap bisa mendulang laba bersih Rp300 triliun dalam 5 tahun mendatang. Salah satu strategi yang disiapkan adalah restrukturisasi BUMN lewat klasterisasi.
Baca Juga
Kementerian BUMN juga tengah menunggu kewenangan untuk dapat melakukan merger dan likuidasi BUMN. Mandat ini dapat diperoleh apabila perubahan terhadap Peraturan Pemerintah (PP) No. 43 Tahun 2005 telah disetujui.
Kewenangan ini utamanya akan digunakan untuk melikuidasi sejumlah BUMN sekarat maupun yang tidak dibutuhkan. Selain itu, Kementerian BUMN juga berharap dapat menggabungkan perusahaan-perusahaan pelat merah sesuai dengan keterkaitan dan potensi bisnisnya.