Bisnis.com, JAKARTA - PT Barata Indonesia (Persero) melansir dampak turunan dari wabah virus corona (covid-19) belum memberikan pengaruh terhadap kinerja perseroan.
Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero) Fajar Harry Sampurno mengatakan pangsa ekspor produk manufaktur perseroan ke China tergolong minim sehingga kinerja perseroan tidak terdampak secara luas.
“[Ekspor ke China] Kecil sekali. Di bawah 10 persen,” ujar Harry selepas acara Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Jumat (21/1/2020).
Dia menambahkan, produk Barata lebih banyak dikirim ke Amerika Serikat, Meksiko, dan negara-negara Eropa. Sejauh ini, Barat memasok komponen kereta api seperti bogie atau chasis kereta ke Negeri Paman Sam. Barata juga mengirim komponen pembangkit listrik seperti turbin ke pasar Eropa.
Produk roda kereta api dan komponen turbin memang menjadi andalan Barata di pasar ekspor. Sebanyak 80 persen produksi komponen kereta api dikirim ke luar negeri. Bahkan, 90 persen komponen turbin laris di pasar mancanegara.
Selain Amerika Serikat, Meksiko, dan negara-negara Eropa, produk Barata juga dipasrakan di belasan negara, antara lain Taiwan, Sudan, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Selanjutnya Korea Selatan, China, Filipina, Australia, dan Jepang.
Barata juga akan bekerja sama dengan beberapa badan usaha milik negara seperti PT INKA (Persero) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Kongsi itu disiapkan untuk ekspansi BUMN ke Kongo dan Tanzania.
Sebagaimana diketahui, Barata merupakan perusahaam milik negara yang bergerak bidang pengecoran, manufacturing dan EPC (Engineering, Procurement, Construction). Pada tahun 2018, Barata mengkuisisi pabrik komponen turbin dari Siemens di Cilegon. Akuisisi itu memperkuat posisi Barata di bidang pembangkit tenaga listrik.
Pada 2018, Barata memiliki aset Rp5,4 triliun dengan pendapatan penjualan Rp2,1 triliun.BUMN yang berkantor pusat di Gresik itu mencetak kontrak baru senilai Rp3,65 triliun.