Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menghitung serapan gula pada tahun ini akan lebih kecil lantaran sebagian pabrikan mulai meluncurkan produk rendah gula (less sugar). Namun, kementerian menilai pengenaan cukai gula akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Abdul Rochim, menyatakan industri makanan dan minuman (mamin) berkontribusi lebih dari 36 persen pada pendapatan domestik bruto (PDB) industri non-migas. Adapun, kontribusi industri mamin ke pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen.
"Saat ini pertumbuhan [industri mamin] di atas pertumbuhan industri non-migas. Apabila pertumbuhan industri mamin rendah, pasti akan berdampak terhadap pertumbuhan industri non-migas maupun pertumbuhan ekonomi nasional," katanya kepada Bisnis.
Oleh karena itu, Rochim mengimbau agar pemangku kepentingan menjaga pertumbuhan industri mamin. Meski demikian, Rochim tidak bisa berpendapat terkait ketepatan waktu penerapan cukai gula.
Rochim menyampaikan pihaknya sedang merumuskan simulasi dampak terhadap perekonomian nasional jika cukai gula tetap diterapkan. Adapun, Rochim optimistis tahun ini pertumbuhan industri mamin akan rebound ke level 9 persen dari realisasi tahun lalu di posisi 7,8 persen.
Sebelumnya, Rochim menyatakan serapan investasi ke industri mamin tahun ini akan lebih besar secara tahunan lantaran masa wait and see berakhir. Menurutnya, sebagian investasi akan mulai terealisasi pada kuartal I/2020.
"Beberapa PMDN [penanaman modal dalam negeri] sudah mulai realisasi di kuartal I/2020. [Sebagian akan] mulai produksi, seperti pabrik gula," katanya.