Bisnis.com, JAKARTA - Konsep hunian rumah tapak tampaknya masih menjanjikan bagi pengembang setiap tahunnya jika dibandingkan dengan pasar apartemen. Namun, berbeda dengan pengembangan apartemen, untuk pengembangan rumah tapak butuh cadangan lahan yang cukup besar.
Ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan semakin mahal di pusat kota membuat pengembangan rumah tapak mulai lebih banyak bergerak di kota penyangga. Pengembangan di daerah penyangga juga didorong faktor harga lahan yang relatif masih terjangkau.
"Di pusat kota sendiri pengembangan rumah tapak ini sangat terbatas karena harga lahan yang sudah cukup tinggi," ujar Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy Bastami saat dihubungi, Rabu (19/2/2020).
Pasar rumah tapak juga termasuk subsektor properti yang terbilang cukup baik jika dibandingkan dengan subsektor properti lainnya seiring permintaan yang juga ada setiap waktunya.
"Karena kontribusi real demand yang cukup besar, setiap saat akan ada kebutuhan baru terhadap perumahan, baik berasal dari keluarga baru atau keluarga yang upgrade huniannya ke kelas yang lebih tinggi," ujarnya.
Dari sisi pengembang, imbuhnya, upaya pengembangan rumah tapak juga dianggap relatif lebih aman dibandingkan dengan subsektor apartemen karena progres pembangunan bisa disesuaikan dengan progres penjualan.
Baca Juga
Dengan demikian, hal tersebut bisa berdampak pada terjaganya arus kas perusahaan dan meminimalisir risiko proyek yang berujung mangkrak.
Jika melihat perkembangan saat ini, Tommy menyatakan bahwa pasar rumah tapak masih jauh dari kondisi kelebihan pasok (oversupply), karena angka backlog masih cukup tinggi.
Sementara itu, terkait penyerapan, dia mengungkapkan bahwa hal terpenting yang harus dicatat para pengembang adalah rumah tapak yang dipasarkan harus memiliki konsep yang baik, posisi pasar yang tepat dan nilai investasi yang menjanjikan.