Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag Kaji Usulan Bulog Soal Impor Gula Konsumsi

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto masih mengkaji usulan Perum Bulog untuk membuka keran impor gula konsumsi sebanyak 200.000 ton.
Pekerja mengangkut gula /Antara-Yusuf Nugroho
Pekerja mengangkut gula /Antara-Yusuf Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto masih mengkaji usulan Perum Bulog untuk membuka keran impor gula konsumsi sebanyak 200.000 ton. Hal ini akan dibahas dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas) dengan seluruh pihak terkait.

Agus menjelaskan bahwa perkara izin impor pemerintah harus membahas dengan seksama dari banyak perspektif. "Jangan sampai merusak petani kita, harganya jangan terlalu murah tidak boleh, apa lagi terlalu mahal," katanya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Adapun diberitakan Bisnis sebelumnya, Perum Bulog mengajukan izin importasi gula kristal putih (GKP) konsumsi dengan volume 200.000 ton kepada pemerintah sebagai langkah antisipasi gejolak harga jelang Lebaran 2020.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengemukakan pengajuan ini dilakukan menyusul panen tebu pada tahun ini yang diperkirakan akan mundur dari waktu yang seharusnya. Stok gula konsumsi pada awal tahun yang berada di angka 1,08 juta ton dinilai tak cukup untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat selama bulan puasa dan Lebaran.

"Panen tebu kan setelah Lebaran. Jadi, kami mengusulkan untuk mendapat penugasan importasi gula konsumsi sebanyak 200.000 ton," kata Tri di Jakarta, Rabu (19/2/2020).

Tri mengungkapkan bahwa pengajuan ini bersifat usulan usai perusahaan yang dipimpin Budi Waseso itu menerima sejumlah permintaan untuk menyiapkan stok demi stabilisasi harga. Adapun, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga rata-rata gula konsumsi menyentuh level Rp14.250 per kilogram (kg) dan gula premium Rp15.300 per kg.

Pihaknya menuturkan importasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi jelang Lebaran dan stabilisasi harga. Adapun, saat ini harga gula sudah Rp14.000 sementara harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram, sehingga perlu distabilisasi.

Dia mengemukakan keputusan importasi tetap bakal dicapai melalu rapat koordinasi lintas kementerian bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomia. Dia pun belum bisa memastikan negara mana yang akan memasok kebutuhan gula dengan volume tersebut.

"Pasokan ini tergantung, kita lihat dulu dari mana. Namun, paling tidak dalam sebulan sudah masuk gulanya, karena yang penting stabilisasi harga pada April dan Mei. Harus segera diputuskan bagaimana," ujarnya.

Sementara itu Asosiasi Gula Indonesia (AGI) memperkirakan defisit gula konsumsi akan terjadi pada 2020 apabila tidak ada penambahan pasokan dari gula impor. Neraca pada akhir tahun bakal defisit 29.000 ton dengan perkiraan stok awal 1,084 juta ton dan produksi yang berjumlah 2,050 juta ton, serta perkiraan konsumsi gula tahun ini sebanyak 3,163 juta ton.

"Pemenuhan pada 2020 dan persiapan awal tahun 2021 diperlukan impor gula untuk konsumsi langsung sebesar 1,33 juta ton," kata Direktur Eksekutif AGI Budi Hidayat dalam konferensi pers pekan lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper