Bisnis.com, JAKARTA – Ruang kerja bersama atau co-working space belum dinilai sebagai pengisi ruang kantor prioritas bagi pemilik gedung perkantoran, padahal kolaborasi keduanya dinilai bisa saling menguntungkan.
Sebelumnya, sejumlah pengembang besar menyebutkan belum menjadikan kerja sama dengan co-working space sebagai prioritas pengisi properti perkantoran dan komersial mereka. Keberadaan ruang kerja bersama hanya sekadar menjadi penambah tingkat keterisian dari properti mereka.
Hal itu karena umumnya co-working space dinilai cenderung menyewa dengan harga murah tetapi dalam jangka panjang, sehingga tidak memberikan banyak keuntungan bagi si pemilik properti. Namun, pengembang tak menutup kemungkinan untuk tetap bekerja sama
Menanggapi hal tersebut, CEO CoHive Jason Lee mengatakan bahwa sebenarnya kolaborasi dengan co-working space justru bisa memberikan nilai tambah pada ruang kantor tradisional.
Menurutnya, pemilik perkantoran tradisional hanya menyediakan ruang kantor, dan umumnya selalu berukuran besar, sekitar 1.000 meter persegi atau lebih dan masih kosong tak ada isinya. Hubungan antara penyewa dengan pemilik perkantoran juga hanya sebatas penyewaan saja
“Sementara itu, operator ruang kantor fleksibel menawarkan kerja bersama baik dengan pemilik properti dan juga dengan anggota kami,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (13/2/2020).
Baca Juga
Dengan adanya co-working space, imbuh Lee, tiap pengusaha bisa membangun usahanya mulai dari satu meja, membangun tim, hingga punya kantor sendiri dengan ukuran yang lebih besar.
“Sudah banyak juga pemilik perkantoran yang bermitra dengan co-working space untuk menambah nilai properti mereka, karena seperti kami, selain menyediakan ruang kerja yang fleksibel, CoHive juga bersedia membuat desain kantor yang sesuai dengan identitas perusahaan mereka,” imbuhnya.
Lee mengatakan, penyewa yang memesan desain tersendiri atau build to order (BTO) mendapatkan kemudahan karena sudah mendapatkan beragam fasilitas tanpa harus melibatkan banyak vendor.
“Kami sudah membuktikan bahwa kami berhasil menambahkan nilai secara signifikan pada properti pemilik,” ujarnya.
Lee mencontohkan salah satunya keberhasilan dukungan dari co-working space dalam mendongkrak okupansi perkantoran dapat dilihat dari CoHive101 yang dulunya Graha XL.
Dulunya gedung itu kosong tak terpakai, padahal lokasinya strategis di Mega Kuningan. Namun, dengan bermitra bersama CoHive gedung tersebut kini memiliki keterisian 90% termasuk dengan ruang acara atau kegiatan, CoRetail, dan aktivitas komunitas.
“Pemilik properti sudah banyak yang menyadari bahwa nilai tambah yang kami bawa sebagai penyedia co-working space besar,” lanjutnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan saat ini pengguna co-working space juga bukan lagi hanya perusahaan rintisan, tetapi juga perusahaan konvensional. Hal ini karena kolaborasi antara beragam stakeholder dan sektor bisnis sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi.
“Ke depan, akan ada lebih banyak perusahaan yang menggunakan ruang kerja bersama untuk menarik profesional muda yang giat membentuk inovasi digital untuk membuat perusahaan dan bisnisnya semakin maju dan kompetitif. Ini harusnya menjadi pasar yang potensial ke depannya,” ungkapnya.