Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Persaingan Harga, Ini Komentar Operator Hotel Virtual

Meningkatnya penetrasi dari penyedia jasa virtual hotel operator (VHO) membuat pemasukan hotel konvensional pada 2019 cenderung menurun sekitar 35 persen dibandingkan dengan 2014.

Bisnis.com, KARAWANG - Harga murah yang ditawarkan oleh penyedia jasa virtual hotel operator (VHO) dinilai pelaku usaha perhotelan konvensional menghadirkan iklim usaha yang tak sehat.

Dalam Musyawarah Nasional PHRI XVII di Karawang, Jawa Barat, Senin (10/2/2020), Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) wilayah Jawa Barat Herman Muchtar mengatakan para konsumen cenderung memilih penginapan dengan harga yang lebih murah. Hal itu dilakukan para konsumen kendati fasilitas yang diberikan tak selengkap yang disajikan oleh bisnis perhotelan konvensional.

Meningkatnya pengguna virtual hotel operator berakibat pada pemasukan hotel konvensional pada 2019 cenderung menurun, sekitar 35 persen dibandingkan dengan 2014. Penurunan ini disebutnya banyak dialami oleh hotel bintang dua sampai kelas melati. Level okupansi pun disebutnya tak sebaik pada 2014 dan disinyalir beralih ke hunian yang disajikan oleh platform digital.

Menanggapi hal ini, Head for Emerging Business OYO Hotels & Homes Indonesia Eko Bramantyo mengemukakan bahwa harga yang ditawarkan di platform digital-nya terbentuk oleh mekanisme pasar. Di sisi lain, dia menyatakan pihaknya juga menggencarkan promosi yang disesuaikan dengan jenis hunian dan daya tariknya.

"Sebenarnya hal ini merupakan hasil mekanisme pasar. Di sisi lain kami melakukan promosi yang disesuaikan dengan jenis properti seperti tingkat hunian, daya tarik. Dari sini kami lakukan sejumlah promosi yang tentunya berbeda dari satu properti dengan lainnya dari daerah satu dan lainnya. Ini tidak berlaku nasional," kata Eko kepada Bisnis, Senin (10/2/2020).

Sementara itu, Vice President of Operations RedDoorz Adil Mubarak menjelaskan bahwa pembentukan harga setiap hunian yang ditawarkan murni hasil kesepakatan antara pemiliki properti dan RedDoorz. Dia menyatakan pihak RedDoorz melihat pula berapa biaya atau cost rata-rata pengelolaan properti selama durasi tertentu, perhitungan inilah yang menjadi dasar penetapan harga.

"Kami mencari tahu berapa biaya per bulan, berapa per hari dengan pemilik properti. Kami melihat okupansi dan pendapatan selalu meningkat setiap bulannya. Selama 30 hari kami lihat bagaimana apakah penghasilannya lebih baik, kami tentu bekerja sama agar pendapatannya meningkat," kata Adil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper