Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memiliki dua target yang harus tercapai pada tahun ini, yaitu peningkatan nilai investasi dan ekspor ke negara lain.
Untung Basuki, Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, mengatakan untuk mencapai target tersebut, pemerintah siap memberikan layanan bagi pengusaha yang ingin berinvetasi maupun membangun usaha di dalam negeri melalui fasilitas kepabeanan.
"Kami akan tawarkan fasilitas kemudahan ekspor dan impor di kawasan berikat dan pusat logistik dan gudang berikat. Ada juga kawasan ekonomi khusus (KEK), insentifnya akan dituangkan dalam Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja," katanya di acara Business Gathering yang diadakan oleh Apindo, Kadin, dan Hipmi di Hotel Indonesia, Jumat (7/2/2020).
Dia menuturkan terdapat banyak keuntungan yang bisa didapatkan oleh pengusaha apabila berinvestasi di salah satu lokasi tersebut. Pasalnya, kontribusi ekspor perusahaan-perusahaan yang mendapatkan fasilitas kepabeanan mencapai 40,7 persen.
Untung mengklaim dampak langsung dari investasi antara lain mendapat tenaga kerja lebih efektif dan memperluas jaringan.
Meski saat ini ekonomi dipenuhi ketidakpastian, dia optimistis realisasi investasi bisa naik pada 2020. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat total realisasi investasi, baik asing dan dalam negeri, senilai Rp809,6 triliun atau melampaui target awal sebesar Rp792 triliun sepanjang 2019.
Baca Juga
Capaian itu melampaui hingga 102,2 persen dari target yang ditetapkan BKPM. Angka total realisasi investasi tahun lalu tumbuh 12,24 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang senilai Rp721,3 triliun.
Adapun, realisasi investasi ini terdiri dari kontribusi investasi asing (PMA) senilai Rp423,1 triliun dan investasi dalam negeri sebesar Rp386,5 triliun.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca dagang pada bulan tersebut adalah sebesar US$0,03 miliar atau US$28,2 juta.
Kinerja neraca perdagangan sepanjang tahun lalu juga mengalami defisit senilai US$3,2 miliar. Defisit ini pun lebih kecil dibandingkan dengan sepanjang 2018. Defisit neraca dagang pada 2019 disebabkan oleh neraca dagang migas dengan defisit senilai US$9,3 miliar.
"Saya yakin optimisme pengusaha bisa membawa realisasi investasi di Indonesia tumbuh subur. Selain perusahaan besar, kami juga membidik perusahaan kecil dan menengah karena lokasinya ada di seluruh Indonesia dan menyerap banyak tenaga kerja," ucapnya.