Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik menyampaikan konsumsi rumah tangga Indonesia hanya tumbuh 4,97 persen pada kuartal IV/2019, lebih rendah dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 5,08 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan penjualan pakaian, alas kaki, dan jasa perawatan hanya tumbuh 3,76 persen, melambat dibandingkan pencapaian kuartal IV/2018, yang menembus 5,09 persen. Padahal, periode tersebut bersamaan dengan momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
"Pakaian memang menjadi kebutuhan utama, tetapi saya rasa orang enggak gonta-ganti baju seperti dulu. Potensi penurunan daya beli harus diwaspadai," terangnya dalam konferensi pers di gedung BPS, Rabu (5/2/2020).
Sementara itu, konsumsi kesehatan dan pendidikan tumbuh 7,35 persen atau naik dari kuartal IV/2018, yang sebesar 4,72 persen. BPS juga mencatat pertumbuhan pada konsumsi restoran dan hotel sebesar 6,18 persen pada kuartal IV/2019, naik dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,75 persen.
Suhariyanto melanjutkan penjualan eceran tumbuh tipis 1,52 persen, lebih lambat dibandingkan kuartal IV/2018, yang sebesar 4,73 persen. Menurutnya, perlambatan terjadi pada penjualan eceran makanan, minuman, dan tembakau.
Baca Juga
Adapun penjualan grosir (wholesale) untuk sepeda motor dan mobil penumpang masing-masing terkontraksi sebesar 5,6 persen dan 7,24 persen.
"Nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit tumbuh sebesar 3,85 persen. Angka ini melambat jika disandingkan dengan kuartal IV/2018, yang tumbuh 13,81 persen," ucapnya.
Struktur Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku pada 2019 tidak menunjukkan perubahan yang berarti.
Suhariyanto menuturkan perekonomian Indonesia masih didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 56,62 persen; komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,33 persen; komponen ekspor barang dan jasa 18,41 persen; komponen konsumsi pemerintah 8,75 persen; komponen perubahan inventori besar 1,43 persen; komponen Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) 1,3 persen.
Adapun komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang PDB memiliki kontribusi sebesar 18,9 persen.