Bisnis.com, JAKARTA – Target lifting 1 juta barel minyak yang dipercepat menjadi 2025 dari rencana semula yang ditargetkan pada 2030 dinilai akan membutuh kerja yang ekstra mengingat mahalnya biaya investasi yang harus dikeluar.
Direktur Ekesekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menjelaskan target sebelumnya yang dicanangkan untuk 2030 sebenarnya telah melalui beberapa pertimbangan sejumlah seluruh pemangku kepentingan dan pelaku bisnis.
"Apabila target tersebut dipercepat, secara volume produksi masih bisa dicapai sesuai dengan target yang diharapkan. Namun, secara bisnis belum tentu,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (3/2/2020).
Lebih lanjut Komaidi menjelaskan produksi minyak tidak melulu pada masalah volume, tetapi perlu adanya pertimbangan terkait dengan biaya yang akan bakal dikeluarkan ketika menambah volume produksi itu.
Menurutnya, penggunaan enhanced oil recovery (EOR) pada sumur-sumur tua memerlukan biaya yang lebih mahal. Untuk itu, secara bisnis margin yang ditimbulkan akan lebih tipis.
“Jika sudah tidak ada margin tentu tidak bisa dipaksakan,” ungkapnya.
Baca Juga
Sementara itu, agar target lifting 1 juta barel minyak bisa tercapai pada 2025, dia menyarankan pemerintah untuk terus mendorong proyek-proyek baru yang sedang berjalan. Adapun, pemerintah diharapkan memberikan kemudahan dan percepatan dalam proses administrasi, terutama dalam proses-proses perizinan.
“Sering kali lambatnya proyek karena disebabkan lambatnya proses perizinan itu sendiri,” terangnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan meminta target lifting 1 juta barel minyak yang semula ditargetkan pada 2030 menjadi dipercepat 2025.
“Target kami mau satu juta barel, kita mau tahunnya dipercepat, ya mereka masih bilang sampai 2030, saya bilang tidak mau, dipercepat jadi 2025,” katanya.
Luhut menjelaskan, salah satu strategi untuk mencapai target lifting minyak tersebut adalah dengan memanfaatkan sumur-sumur tua yang sudah beroperasi. Pihaknya meminta untuk melakukan peninjauan atas 23 sumur existing yang dapat digenjot produksinya.